PAPER
“Produksi Enzim Protease”
Oleh:
Devara
Herayasa Fadhilla (111710101027)
Bella Cita
Maharani (111710101057)
Rika
Damayanti (111710101061)
Enzim merupakan
protein yang berfungsi sebagai biokatalis dalam sel hidup. Enzim dihasilkan
oleh sel-sel hidup, baik hewani maupun nabati. Bila digabungkan dengan bahan
organik tertentu maka bisa mengubah susunan menjadi persenyawaan yang lebih
sederhana, namun enzim itu tidak turut berubah. Sehingga enzim sering
diartikan sebagai katalisator organik. Enzim sangat penting dalam kehidupan dan
tidak ada organisme tumbuhan atau hewan yang dapat hidup tanpa enzim, maka
tepung tidak akan memiliki sifat-sifat tertentu bila dalam biji gandum tidak
ada enzim.
Ada dua jenis
enzim yang sangat penting, yaitu diastase dan protease. Enzim protease
berfungsi melembekkan, melembutkan atau menurunkan gluten yang membentu
protein. Sehingga bila ingin memperoleh adonan roti yang baik maka sedikit
enzim protease perlu disertakan.
Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa
adalah (1) dapat meningkatkan produk beribu kali lebih tinggi; (2) bekerja pada
pH yang relatif netral dan suhu yang relatif rendah; dan (3) bersifat spesifik
dan selektif terhadap subtrat tertentu. Enzim telah banyak digunakan dalam
bidang industri pangan, farmasi dan industri kimia lainnya. Dalam bidang pangan
misalnya amilase, invertase, glukosa-isomerase, papain, dan bromelin, sedangkan
dalam bidang kesehatan contohnya amilase, lipase, dan protease. Enzim dapat
diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme.
Protease merupakan enzim proteolitik yang
mengkatalisis pemutusan ikatan peptida pada protein. Protease dibutuhkan secara
fisiologi untuk kehidupan organisme pada tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme. Protease terdiri dari asam
aspartat, asam glutamik, cysteine metallo, serine, dan threonine. Protease tumbuhan yang dikenal antara lain
papain, bromelain, dan keratinase. Protease hewan yang paling dikenal adalah
tripsin, kimotripsin, pepsin dan rennin. Enzim-enzim ini dapat diperoleh dalam
keadaan murni dengan jumlah besar.enzim protease dapat digambarkan dari rangkaian
molekul-molekul penyusunnya berbentuk seperti pita.
Protease adalah enzim penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena
aplikasinya yang sangat luas. Industri pengguna protease di antaranya ialah
industri deterjen, kulit, tekstil, makanan, hidrolisat protein, pengolahan
susu, farmasi, makanan, bir, film, dan limbah. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila protease yang digunakan mencapai 60% dari total enzim yang
diperjualbelikan di seluruh dunia.
Enzim protease merupakan salah satu enzim yang memiliki nilai komersial
tinggi dan telah digunakan secara luas diberbagai bidang industri. Industri penyamakan kulit memanfaatkan
enzim protease sebagai agensia bating (pengikis protein globular), didalam
perdagangan dikenal dengan nama oropon atau enzylon. Telah dilakukan
penelitian, membandingkan agensia bating enzim protease dari Aspergillus oryzae
dengan standar oropon terhadap kadar protein kulit, serta menentukan penurunan
kadar protein kulit dengan penggunaan berbagai konsentrasi enzim protease dari
Aspergillus oryzae dan waktu bating. Kadar protein dianalisa dengan metode
Kjeldahl. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada kondisi yang sama
konsentrasi 1,00 % (b/b) dan waktu bating 60 menit, enzim protease dari
Aspergillus oryzae dapat menurunkan kadar protein sebesar 19,55 %, sedangkan
oropon 1,14 %. Dari berbagai konsentrasi enzim protease dari Aspergillus oryzae
dan waktu bating, menunjukkan semakin tinggi konsentrasi enzim dan semakin lama
waktu bating, penurunan kadar protein semakin meningkat.
Mikroorganisme adalah sumber enzim yang paling
banyak digunakan dibandingkan dengan tanaman dan hewan. Sebagai sumber enzim,
mikroorganisme lebih menguntungkan karena pertumbuhannya cepat, dapat tumbuh
pada substrat yang murah, lebih mudah ditingkatkan hasilnya melalui pengaturan
kondisi pertumbuhan dan rekayasa genetik, serta mampu menghasilkan enzim yang
ekstrim. Adanya mikroorganisme yang unggul merupakan salah satu faktor penting
dalam usaha produksi enzim. Oleh karena itu, penggalian mikroorganisme
indigenous penghasil protease perlu dilakukan di Indonesia. Keragaman hayati
yang tinggi memberikan peluang yang besar untuk mendapatkan mikroorganisme yang
potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil enzim.
Mekanisme
protease adalah dengan mengubah sumber gula atau laktosa menjadi asam laktat.
Protease memiliki daya katalitik yang spesifik dan efesien serta bekerja
optimal pada suhu 70 ‘C. Laktosa yang menjadi sumber gula dipecah menjadi
glukosa. Glukosa dioksidasi menjadi 2 piruvat melalui jalur Embden Mayerhoff
Parnass (EMP) dan menghasilkan 2 ATP. NADH yang dihasilkan dari jalur itu
digunakan untuk mereduksi piruvat menjadi asam laktat.
Berbagai
jenis bakteri dan kapang dilaporkan mampu menghasilkan protease (Bacillus amylolique, B. licheniformis, B.
subtilis, B. cereus, B. polymyxa, B. hermoproteolyticus, Mucor pusillus, M.
miehei, Aspergillus orizae,A,sojae dan A. phoenicis), beberapa diantaranya
telah digunakan untuk skala industri.
Termofilik sebagai salah satu jenis bakteri
dapat tumbuh pada suhu tinggi di atas suhu tumbuh rata-rata bakteri mesofil yaitu
45oC-70oC. Oleh
karena memiliki ciri khas demikian, maka bakteri ini sebagian besar tumbuh dan
hidup pada daerah bersuhu tinggi, seperti sumber air panas, kawah gunung
berapi, dan tempat pengomposan. Keuntungan dari bakteri ini adalah memiliki
protein yang dapat bekerja pada kondisi lingkungan dengan suhu tinggi dimana
protein/ enzim lain dapat mengalami denaturasi. Salah satu protease termostabil
dapat dihasilkan dari mikroorganisme termofilik yaitu Bacillus subtilis.

Bacillus
subtilis termasuk jenis Bacillus. Bakteri ini
termasuk bakteri gram positif, katalase positif yang umum ditemukan di tanah. Bacillus
subtilis mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora yang protektif yang
memberi kemampuan bakteri tersebut mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak
seperti species lain seperti sejarah, Bacillus subtilis diklasifikasikan
sebagai obligat anaerob walau penelitian sekarang tidak benar. Bacillus
subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetapi
jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap panas
tinggi yang sering digunakan pada makanan dan bertanggung jawab terhadap
kerusakan pada roti.
Bacillus
subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan
yang tipis. Biasanya bentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula
yang non motil. Semua membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Baccillus
subtlis merupakan jenis kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada
kisaran suhu 45 °C – 55 °C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60
°C – 80 °.
Peningkatan suhu
menyebabkan aktivitas enzim meningkat. Hal ini disebabkan oleh suhu yang makin
tinggi akan meningkatkan energi kinetik, sehingga menambah intensitas tumbukan
antara substrat dan enzim. Tumbukan yang sering terjadi akan mempermudah
pembentukan kompleks enzim-substrat, sehingga produk yang terbentuk makin
banyak. Pada suhu optimum, tumbukan antara enzim dan substrat sangat efektif,
sehingga pembentukan kompleks enzim-substrat makin mudah dan produk yang
terbentuk meningkat. Peningkatan suhu lebih lanjut akan menurunkan aktivitas
enzim. Hal ini disebabkan karena enzim mengalami denaturasi. Enzim mengalami
perubahan konformasi pada suhu terlalu tinggi, sehingga substrat terhambat
dalam memasuki sisi aktif enzim.
B. subtilis tidak
dianggap sebagai manusia patogen; dapat mencemari makanan tetapi jarang
menyebabkan keracunan makanan. B. subtilis yang menghasilkan enzim subtilisin.
B. subtilis spores dapat hidup yang ekstrim pemanasan yang sering
digunakan untuk memasak makanan, dan bertanggung jawab untuk menyebabkan
kekentalan yang lengket, membenang konsistensi yang disebabkan oleh bakteri
produksi panjang rantai polisakarida dan manja
dalam adonan roti.
B. subtilis dapat
memproduksi sebuah endospore yang tahan terhadap faktor lingkungan seperti
panas, asam, dan garam, yang dapat berada di dalam lingkungan dalam jangka
waktu yang lama. Endospore adalah yang dibentuk pada saat gizi stres,
memungkinkan organisme untuk terus berada di dalam lingkungan sampai kondisi
menjadi baik. Sebelum proses untuk menghasilkan spora bakteri melalui proses
produksi flagella dan mengambil DNA dari lingkungan.
Bacillus subtilis adalah salah satu bakteri yang bersifat termofilik fakultatif. Telah
dilaporkan bahwa bakteri ini dapat menghasilkan enzim protease. Protease
merupakan enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan peptida pada
protein. Protease diisolasi dari dan diuji pengaruh suhu pada
aktivitasnya yaitu pada 35oC-50oC dengan menggunakan kasein
sebagai substrat. Protease dipekatkan dengan metode liofilisasi. Kadar protein
diuji dengan metode Bradford, sedangkan aktivitasnya diuji dengan metode
Nakanishi menggunakan spektrofotometer. Kadar protein diperoleh 1.68 mg tiap 1
mg sel kering. Aktivitas optimumnya adalah 0.278 U/mg dan dicapai pada suhu 40oC.
Media padat yang digunakan adalah media
kompleks berupa agar nutrisi dengan takaran 40 g/L. Media cair dibuat
menggunakan bahan – bahan yang terdiri dari (g/L) : cairan nutrisi 15, KH2PO4 1, dan
MgSO4.7H2O 0.5.
Media tersebut dilarutkan dalam 20 mL, 100 mL, dan 1 L aquades. Media diatur
pada pH 7 dengan menggunakan NaOH 0.1 M. Larutan kasein 1% dibuat dengan cara
kasein dilarutkan pada buffer fosfat pH 7. Media dan larutan kasein ini
disterilisasi pada 121oC selama 15 menit.
Sel Bacillus subtilis yang
digunakan dalam produksi enzim adalah pada saat fase log. Oleh karena itu
diperlukan data untuk mengetahui fase pertumbuhan dari bakteri tersebut melalui
data kurva pertumbuhannya. Data kurva pertumbuhan dibuat dengan biakan pada
media padat bakteri diinokulasi pada media cair yang digunakan sebagai kultur
awal. Kultur awal media cair ini bertujuan untuk menyeragamkan usia bakteri
dari biakan padat.
BackgroundNeutral Protease AF GMP Grade is manufactured according to cGMP guidelines using a production process completely free of animal-based components. In this way the introduction of any potential animal-derived pathogen is excluded. protease
BalasHapus