Selasa, 01 Mei 2012

Laporan Singkong






LAPORAN PRAKTIKUM
“ Pengaruh Tempat Penyimpanan Terhadap Daya Tahan Singkong”






Oleh:
Anita Ray S.              (111710101001)
Fikri Asyl                   (111710101025)
Fifi Dewi Kadita        (111710101045)
Rika Damayanti        (111710101061)






BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Singkong ditanam di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810.  Singkong merupakan tanaman yang penting bagi negara beriklim Tropis seperti Indonesia.  Di Indonesia, singkong menjadi salah satu tanaman yang banyak ditanam hampir di seluruh wilayah dan menjadi sumber karbohidrat utama setelah beras dan jagung. Daerah penghasil singkong terbesar di Indonesia terletak di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Singkong disebut juga ubi kayu atau ketela pohon. Singkong memiliki kandungan pati yang tinggi sebagai sumber karbohidrat. Polimer alam berupa serat, termasuk di dalamnya selulosa telah banyak dimodifikasi melalui modifikasi kimia. Kandungan gizi yang terdapat dalam singkong sudah kita kenal sejak dulu. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun miskin akan protein. Selain umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Berbagai macam upaya penanganan singkong yang telah banyak dilakukan adalah dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk olahan baik basah maupun kering. Selain sebagai bahan makanan pokok, banyak macam produk olahan singkong yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat kita antara lain adalah tape singkong, enyek-enyek singkong, opak, tiwul, kerupuk singkong, keripik singkong, kue, dan lain-lain. Selain itu umur singkong juga sangat berpengaruh terhadap penampilan, mutu dan rasa dari singkong tersebut. Maka dari itu proses penyimpanan singkong juga harus diperhatikan agar tidak mempengaruhi produk yang dihasilkan.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang telah dilakukan antara lain :
·         Mengetahui perbedaan singkong yang disimpan pada ruang terbuka dengan yang di simpan dalam tanah
·         Mengamati rendeman pada singkong




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Singkong
Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan gaplek, tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamat, dan tepung aromatik. Ubi kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan hilir. Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Di Indonesia, tanaman ini menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung.
Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain seperti jagung, beras, sorgum, gandum. Indonesia adalah penghasil ubi kayu urutan keempat terbesar di dunia setelah Nigeria, Brasil, dan Thailand. Namun pasar ubi kayu dunia dikuasai oleh Thailand dan Vietnam. Dalam sistematika tanaman, ubi kayu termasuk kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu masuk dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies beberapa di antaranya mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak (Ricinus comunis dan Jatropha curcas), umbi-umbian
Universitas Sumatera Utara (Manihot,spp), dan tanaman hias (Euphorbia spp) (Prihatman, K. 2000).
2.2 Taksonomi Tanaman Singkong
Dalam sistematika (taksonomi) tanaman ketela pohon diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae ( tumbuh- tumbuhan)
Divisio             : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisio       : Angiospermae ( biji tertutup )
Kelas               : Dicotyledonae ( biji berkeping dua )
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Manihot
Species            : Manihot glaziovii Muell
(Syarief, 1988).
2.3 Nama Lain Singkong
Ketela pohon / ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, yaitu ketela, keutila, ubi kayee ( Aceh ), ubi parancih ( Minangkabau ), ubi singkung ( Jakarta ), batata kayu ( Manado ), bistungkel ( Ambon ), huwi dangdeur, huwi jendral, kasapen, sampeu, ubikayu ( Sunda ), bolet, kasawe, kaspa, kaspe, katela budin, katela jendral, katela kaspe, katela mantri, katela marikan, katela menyog, katela poung, katela prasman, katela sabekong,
7 katela sarmunah, katela tapah, katela cengkol, tela pohung ( Jawa ), blandong, manggala menyok, puhung, pohong, sabhrang balandha, sawe, sawi, tela balandha, tengsag ( Madura ), kesawi, ketela kayu, sabrang sawi ( Bali ), kasubi ( Gorontalo ), lame kayu ( Makasar ), lame aju ( Bugis ), kasibi (Ternate, Tidore ) (Anonim, 2011).
2.4 Kandunga Gizi Singkong per 100 g
No.
Unsur Gizi
Banyak dalam (per 100 g)
Singkong putih
Singkong kuning
1
Kalori (kal)
146,00
157,00
2
Protein (g)
1,20
0,80
3
Lemak (g)
0,30
0,30
4
Karbohidrat (g)
34,70
37,90
5
Kalsium (mg)
33,00
33,00
6
Fosfor (mg)
40,00
40,00
7
Zat Besi (mg)
0,70
0,70
8
Vitamin A (SI)
0
385,00
9
Vitamin B1 (mg)
0,06
0,06
10
Vitamin C (mg)
30,00
30,00
11
Air (g)
62,50
60,00
12
Bagian dapat dimakan (%)
75,00
75,00
(Andoko, 2007).

2.5 Jenis / Varietas Singkong
Tumbuhan singkong berdasarkan deskripsi varietas singkong, maka penggolongan jenisnya dapat dibedakan menjadi dua macam :
a. Jenis singkong manis
Yaitu jenis singkong yang dapat dikonsumsi langsung.
b. Jenis singkong pahit
Yaitu jenis singkong untuk diolah atau prossesing (Wargiono J, 1979).

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
·         Neraca
·         Pisau
·         Kamera
3.1.2 Bahan
·         Singkong
                      
BAB 4. HASIL PENGAMATAN

Udara Terbuka
Dalam tanah
0 hari
·         Warna agak kuning
·         Bagian tengah kuning
·         Berat daging 50 g
·         Berat kulit 3 g
·         Rendemen 94 %
_
2 hari
·      Warna putih pucat
·      Terdapat getah
·      Berat daging 75 g
·      Berat kulit 12,5
·      Rendemen 85,71 %
·         Warna daging putih
·         Terdapat jamur di dalam penampang
·         Terdapat getah di bagian tepi penampang
·         Berat daging 166 g
·         Berat kulit 14 g
·         Rendemen 92,2 %
4 hari
·      Warna putih pucat kekuningan
·      Setelah dikupas warna menjadi coklat (browning)
·      Serat terlihat jelas
·      Berat daging 78 g
·      Berat kulit 5 g
·      Rendemen 93,9 %
·         Singkong yang luka menjadi busuk
·         Warna daging kuning
·         Berat daging 121 g
·      Berat kulit 7 g
·         Rendemen 94,5 %



  

BAB 5. PEMBAHASAN

            Hasil pengukuran berat pada singkong segar sebelum dikupas didapatkan berat sekitar 53 gram, dan  hasil pengukuran pada singkong setelah dikupas diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda yakni berat kulit sekitar 3 gram dan berat daging tanpa kulit sekitar 50 gram. Dari hasil pengukuran tersebut maka dapat dihitung jumlah redemen dari singkong  yaitu sekitar 94 % dari singkong utuh.
       Berdasarkan hasil pengamatan pada singkong yang disimpan dalam tanah dan di ruang terbuka selama 2 hari didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda. Singkong yang disimpan di dalam tanah menunjukkan tanda kerusakan secara fisik, hal ini di buktikan saat singkong dipotong, tekstur dan warna dalam singkong terdapat bintik hitam seperti jamur dan masih mengandung getah hal ini disebabkan karena kondisi singkong yang dibeli memang dalam keadaan kurang bagus. Namun  pada singkong yang disimpan pada tempat yang terbuka, setelah dipotong bentuk, tekstur dan warnanya berbeda dengan singkong yang disimpan dalam tanah, yakni masih bagus dan juga masih terdapat lendir/ getah. Sesuai dengan yang disebutkan dalam literatur bahwa singkong dapat bertahan selama 48 jam atau 2 hari. Ini berarti membuktikan bahwa singkong dapat mempertahankan kesegarannya selama 48 jam dari kerusakan-kerusakan fisiologis maupun enzimatis yang tejadi akibat pengaruh lingkungannya.
            Berbeda dengan hasil pengamatan pada singkong yang disimpan selama 4 hari. Kondisi singkong yang disimpan dalam tanah dan di tempat terbuka selama 4 hari sebagian sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Pada singkong yang di simpan dalam tanah setelah dipotong, kondisi warna dan teksturnya berubah, singkong yang awalnya terdapat luka menjadi busuk serta masih terdapat sedikit getah. Sedangkan kondisi singkong yang disimpan di tempat terbuka, mulai terjadi perubahan, hal ini ditunjukkan oleh tekstur singkong yang berubah menjadi lebih keras dan warna menjadi kekuning-kuningan.
            Sinking setelah di kupas kulitnya lama-kelamaan warnanya mulai berupak dari yang putih menjadi coklat karena reaksi pencoklatan karena aktivitas enzim.

BAB 6 PENUTUP

6.1  Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada pengaruh tempat penyimpanan terhadap ketahanan singkong segar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Singkong yang disimpan dalam udara terbuka bisa bertahan selang eaktu 48 jam atau 2 hari setelah itu akan mengalami perubahan.
b. pada singkong yang disimpan dalam tanah seharusnya lebih tahan lama tetapi karena singkong yang disimpan sudah mengalami cacat maka akan membuat singkong busuk.

6.2  Saran
Praktikum dilakukan di luar lab lebih bagus namun mahasiswa jadi harus mengeluarkan biaya. Padahal sudah membayar biaya untuk praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Umbian. www.wikipedia.com/umbian. [Diakses 15maret 2012]
Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl). Available at: http://www.ristek.go.id (diakses tangga 15 maret 2012)
Andoko, A. dan Parjimo. 2007 Budi Daya Singkong: umbi jalar, Jakarta; Agromedia Pustaka
Syarief, rizal dan I. Aniez. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Wargiono J. 1979. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman Pangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar