Kamis, 03 Mei 2012

LAPORAN SMALL PROJECK JERUK



LAPORAN SMALL PROJECK
Teknologi Pasca Panen Pada Buah Jeruk



Oleh:
Anita Ray                         (111710101001)
Fikri Arsyl                       (111710101025)
Fifi Dewi Kadita              (111710101045)
Rika Damayanti              (111710101061) 


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
      Tanaman jeruk dikenal dengan nama latin Citrus sinensis Linn. Tumbuhan ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis pada ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab, serta mempunyai persyaratan air tertentu (Antarlina, S., 2006). Buah ini juga mengandung serat makanan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh normal. Dengan rasanya yang asam-asam manis, buah jeruk manis dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, baik segar maupun dibuat sari buah / jus.
Nilai serat dalam sebuah jeruk manis setara dengan 12 persen yang dibutuhkan per hari. Fungsi serat jelas sangat penting antara lain membantu proses pencernaan. Serat dalam jeruk manis bisa membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan juga menurunkan resiko penyakit jantung. Kandungan lain dalam buah ini dapat mempengaruhi aktivitas enzim Glutatione S-Transferase (GTS), untuk menghambat terjadinya kanker, bekerjasama dengan senyawa limonoida seperti limonin dan nomilin. GTS sendiri merupakan enzim utama sistem detoksifikasi yang dapat menetralkan karsinogen.
Penanganan pasca panen di tingkat petani maupun di tingkat pedagang pada umumnya hampir sama, perbedaaanya hanya terletak pada panenannya saja. Kegiatan pasca panen sangat penting terutama untuk buah jeruk, karena akan menentukan mutu dan kualitas jeruk yang dihasilkan. Umumnya kualitas sangat berperan dalam pemasaran sebab akan memberikan harga yang cukup berarti. Teknologi pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan jumlah kehilangan. Di dalam tahapan pasca panen selalau terjadi kehilangan dan kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi. Bentuk kehilangan pasca panen antara lain susut bobot, kebusukan, penurunan secara fisik dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian yang sangat besar.

1.2.Tujuan
·         Untuk mengetahui katakteristik buah jeruk
·         Untuk mengetahui penanganan pasca panen pada buah jeruk

1.3.Manfaat
·         Mengetahui cara penangan pasca panen yang baik
·         Mengetahui kualitas buah jeruk
·         Dapat mengembangkan teknologi yang sesuai untuk proses pasca panen buah jeruk


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Fisiologi Buah Jeruk
            Tanaman jeruk manis dapat mencapai ketinggian 3-10 m. Tangkai daun 0,5-3,5 cm. Daun berbentuk elips atau bulat telur memanjang. Buah jeruk berbentuk bulat atau bulat rata dan memiliki kulit buah yang tebal (sekitar 0,3 – 0,5 cm), daging buah kuning, jingga atau kemerah-merahan. Daging buah terbagi-bagi atas 8-13 segmen yang mengelilingi sumbu buah. Biji jeruk berbentuk bulat telur dan berwarna putih atau putih keabuan Jeruk dikenal sebagai buah dengan rasa segar dan bergizi. Selain kaya vitamin dan mineral,
 Kandungan senyawa dalam jeruk manis yang kaya vitamin C, potassium, dan folid acid, dapat berfungsi untuk menghambat sel-sel kanker. Selain kaya serat, buah berwarna kuning ini juga mengandung hesperidin yang mampu menurunkan resiko penyakit jantung, mencegah kolesterol, serta menurunkan tekanan darah. Dalam satu buah jeruk manis ukuran sedang terdapat 16 gram karbohidrat yang mengandung 70 kalori. Karbohidrat ini penting sebagai sumber energi tubuh, terutama untuk otak.
Karakteristik batang buah dapat mempengaruhi penampilan batang atas. Batang bawah menyebabkan perbedaan volume kanopi, hasil buah per pohon, kandungan hara daun dan kualitas buah (lingkar buah, bobot buah, ketebalan kulit buah, kadar juice, kandungan padatan terlarut, dan kadar asam total) pada batang atas.
a.    Mutu fisik
Penentuan mutu suatu bahan tidak hanya meliputi nilai gizinya saja, akan
tetapi sifat fisik yang dapat terlihat oleh inderapun sangat menentukan penerimaan dari
konsumen. Beberapa karakteristik fisik buah jeruk seperti berat, ukuran buah (tinggi
dan diameter), nisbah buah (T/D), berat daging buah dan densitas buah dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik fisik buah jeruk

Kelas
Berat buah (gr)
Tinggi buah (cm)
Ø buah (cm)
Nisbah (T/D)
Berat daging (gr)
Densitas buah (ml/gr)
B
135,58
54,80
61,20
0,90
105,32
0,97
C
98,86
46,60
53,02
0,88
92,35
1,02
D
54,64
42,00
47,05
0,90
49,00
0,98
Ukuran buah yang besar tercermin dari berat, tinggi, diameter, lingkar dan volume buah yang mempunyai nilai tertinggi. Nisbah T/D dapat menunjukkan bentuk buah, apabila nisbah T/D mempunyai nilai satu artinya bentuk buah tersebut bulat. Nilai T/D lebih besar satu bentuk buah oval sedangkan bila nilai T/D kecil dari satu berarti bentuk buah pipih. Berat daging buah akan digambarkan dari ukuran buah diatas, semakin besar ukuran buah berbanding lurus dengan berat daging buah. Densitas menunjukkan tingkat kemasakan buah. Makin masak buah (Haryanto dan Royaningsih, 2003 dalam Antarlina et al., 2006b).
b.    Mutu kimia
Kelas
Kadar Air (%)
Kadar sari buah (%)
TPT (%)
Kadar vit. C (mg/100 g)
A
87,68
44,02
9,12
25,16
B
88,14
42,64
9,40
24,28
C
87,64
41,79
9,36
25,32
Rata-rata
87,64
42,82
9,29
24,92
Rata-rata kadar air buah jeruk >87% sedangkan kadar sari bervariasi dari 42-62% dan rata-ratanya 42,82%. Hal ini tergantung dari tingkat kematangan dan juga faktor lain seperti ketersediaan unsure hara serta air. Besar kecilnya kadar gula (TPT) tergantung dari perlakuan kondisi tanah dan jumlah unsur hara mikro seperti Ca dan Mg (Yuniarti etal.,1991 dalam Antarlina dan Noor, 2006a).
2.2. Teknologi Pasca Panen Buah Jeruk
Penanganan pasca panen di tingkat petani maupun di tingkat pedagang pada umumnya hampir sama, perbedaaanya hanya terletak pada panenannya saja. Kegiatan pasca panen sangat penting terutama untuk buah jeruk, karena akan menentukan mutu dan kualitas jeruk yang dihasilkan. Umumnya kualitas sangat berperan dalam pemasaran sebab akan memberikan harga yang cukup berarti.
Teknologi pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan jumlah
kehilangan. Di dalam tahapan pasca panen selalau terjadi kehilangan dan kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi. Bentuk kehilangan pasca panen antara lain susut bobot, kebusukan, penurunan secara fisik dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian yang sangat besar (Wahyunindiyawati, S.R., 1991).
Cara penanganan pasca panen
a.    Pemanenan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam panen jeruk :
Petani mulai memanen buah jeruk apabila warna buah mulai menguning dengan frekuensi panen hingga 5 kali panen per musim pada luasan satu hektar atau lebih. Selain itu ciri panen jeruk bila kulit buah sudah tidak keras serta tidak berbau asam dan terlihat berminyak (mengkilap). Tingkat ketuaan tersebut sesuai dengan keinginan sebagian konsumen karena rasanya sudah lebih enak (manis yang mengandung asam) dan ketahanan simpannya akan lebih lama.
Mutu jeruk yang baik diperoleh apabila buah tersebut dipanen pada tingkat ketuaan yang tepat. Bila dipanen terlalu awal mutunya akan rendah meskipun warna hijau akan bertahan lebih lama, sedangkan bila jeruk dipanen pada tingkat umur lewat matang, maka buah akan mengapas (kapau) dan kandungan sari jeruk semakin rendah, akibatnya nilai jual akan rendah, disamping kenampakan fisik menjadi kurang baik dan rasanya menjadi hambar (Yuniarti, et al., 1991).
Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jerukyang lain sehingga harus di potong di sisakan sekitar 2 mm dari buah Panen buah di pohon yang tinggi harus menggunakan tangga,agar cabang dan ranting tidak rusak Jangan memanen buah dengan cara memanjat pohon, karenakaki kotor dapat menyebarkan penyakit pada pohon Pemanen buah dilengkapi dengan keranjang yang dilapisikarung plastik atau kantong yang dapat digantungkan pada leher  Wadah penampung buah terbuat dari bahan yang lunak, bersih,dan  buah diletakkan secara perlahan. Krat walau biaya awalnya  mahal, bisa ditumpuk, bertahan lama, dapat dipakai berulang-ulang dan mudah dibersihkan.
b.    Sortasi dan pencucian
Sortasi atau seleksi merupakan salah saturang kaian dari kegiatan setelah panen yangumumnya dikerjakan di bangsal pengemasan atau di kebun dengan tujuan memisahkan buah yang layak dan tidak layak untuk dipasarkan (busuk,terserang penyakit, cacat, terlalu muda/tua dan lain-lain).
c.    Pemutuan atau grading
Pemutuan atau grading dilakukan setelah sortasi dan pencucian untuk mengelompokan buah berdasarkan mutu yaitu, ukuran, berat, warna,bentuk, tekstur, dan kebebasan buah dari kotoran atau bahan asing.
d.    Pelilinan
Pelapisan lilin pada buah-buahan sebenarnya adalah menggantikan dan menambah lapisan lilinalami yang terdapat pada buah yang sebagian besar hilang selama penanganan karena lapisan lilin yang menutupi pori-pori buah dapat menekan respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan buah lebih lama dan nilai jualnya lebih baik.

e.    Labeling dan Pengemasan
Pengemasan buah bertujuan melindungi buah dariluka, memudahkan pengelolaan (penyimpanann,pengangkutan, distribusi), mempertahankan mutu,mempermudah perlakuan khusus, danmemberikan estetika yang menarik konsumen.
Pemberi tanda atau label diantaranya yaitu nama barang, jumlah buah setiap peti, berat peti dan jeruk, kualitas, tanda merek dagang,daerah/negara asal.

f.     Penyimpana
Penyimpanan buah jeruk bertujuan: memperpanjang kegunaan, menampung hasil panen yang melimpah,menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan financial, mempertahankan kualitas jeruk yangdisimpan.
Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme, pelunakan,kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang/cendawan).

2.3. Kerusakan Fisiologi Buah Jeruk

a.    Perubahan Vitamin C Dalam Buah
Buah yang masih mentah mengandung vitamin C yang cukup banyak dan semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C – nya. Vitamin C juga disebut asam askorbat dapat disintesis dari D-glukosa atau D-galaktosa merupakan gula heksosa (Winarno dan Aman, 1981).
Pada umumnya semakin banyak mendapat sinar matahari pada waktu tanaman tumbuh, semakin banyak pula kandungan asam askorbat (Apandi, 1984). Hal ini disebabkan semakin banyak mendapat cahaya, setiap proses fotosintesis akan semakin giat dan gula heksosa akan semakin banyak terbentuk. Kandungan asam askorbat akan mengalami penurunan selama penyimpanan terutama pada suhu penyimpanan yang tinggi. Kandungan asam askorbat setelah penyimpanan kira-kira 1/2 sampai 2/3 pada waktu panen (Pantastico, 1986).
Kerusakan mekanis juga dapat menyebabkan berkurangnya asam askorbat, karena asam askorbat sangat peka terhadap adanya oksidasi terutama oleh karena adanya enzim asam askorbat oksidase yang terdapat dalam jaringan tanaman (Apandi, 1984). Enzim lain yang dapat merusak asam askorbat secara tidak langsung adalah fenolase, sitokhrom oksidase dan peroksidase. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi L-dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi (Winarno dan Aman, 1981).


BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perkebunan jeruk Jln. Tidar no.88 Rt 02 Rw 02 daerah kawasan scaba Jember hari rabu tanggal 7 Maret 2012 pukul  12.00 WIB
3.2 Metode Penelitian
Teknik yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data dengan cara:
1. Literatur
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori yang berhubungan dengan budidaya jeruk khususnya mengenai pasca panen tanaman jeruk.
2. Pengamatan (Observasi)
Tahap observasi merupakan tahan yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai obyek penelitian.
3. Wawancara
Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan stakeholder yang terkait. Metode ini dilakukan untuk mendukung akurasi data.
Persiapan wawancara  : Memahami referensi yang didapatkan agar menguasai materi yang akan di tanyakan dan Membuat daftar pertanyaan.
4. Diskusi
Diskusi dilakukan dengan kelompok untuk mengumpukan semua data yang telah diperoleh dalam bentuk laporan.
Diagram alir penelitian seperti yang dijelaskan pada Gambar 3.1.
Searching jeruk
Menentukan lokasi perkebunan
Melakukan observasi di perkebunan jeruk

Pengamatan kualitas buah jeruk
wawancara
                                                             Diskusi

Gambar 3.1 Tahapan penelitian yang akan dilakukan

BAB 4. PEMBAHASAN DAN HASIL

Pengamatan
Jeruk Mentah
Jeruk siap panen
Tekstur
Keras
Agak empuk
Warna Kulit
Hijau Tua
Hijau sembur kuning
Rasa
Asam/kecut
Manis
Bentuk Kerusakan
·         Bintik hitam pada kulit
·         Keretakan
·         Kulit berjamur
·         Warna tidak merata
·         Busuk

Warna daging
Kuning kurang sempurna
Kuning sempurna (pekat)

Penelitian ini dilakukan di perkebunan jeruk milik Pak Arief Poniran jalan Tidar no. 88 RT 02 RW 02 SCABA Jember. Jenis jeruk yang dibudidayakan Pak Arif termasuk jenis jeruk keprok siem. Berdasarkan hasil pengamatan di kebun jeruk antara lain :
1.    Tekstur
Pada buah yang masih mentah teksturnya lebih keras dari pada yang sudah matang.
2.    Warna Kulit Jeruk
Pada kulit jeruk yang masih mentah warnanya hijau tua sedangkan pada jeruk yang sudah matang warnanya hijau dengan semburan kuning, hal itu menandakan buah jeruk siap untuk dipanen.
3.    Rasa
Perbedaan rasa antara jeruk mentah dan jeruk yang siap panen sangat  berbeda, pada jeruk mentah rasanya asam/kecut sedangkan pada jeruk yang matang atau siap panen rasanya manis.
4.    Kerusakan
a.    Jeruk mentah
·         Bintik hitam pada kulit
·         Keretakan
Waktu pembungaan di serang hama trip hama kecil.
·         Kulit berjamur
b.    Jeruk siap panen
·         Warna tidak merata
Terjadi karena pemberian peptisida yang tidak merata atau telalu berlebihan pada buah, bisa juga dikarenakan kurang cahaya sehingga diserangan fitoptora pada tempat yang lembab.
·         Busuk
Busuk biasanya terjadi karena buah jatuh dan serangan hama.
5.    Warna Daging Jeruk
Pada daging jeruk yang masih mentah warnanya kuning kurang sempurna sedangkan pada jeruk yang sudah matang warnanya kuning sempurna (pekat).
Proses pemanenan buah jeruk dilakukan pada saat buah jeruk belum matang sempurna tandanya yaitu warna pada kulit hijau ada semburan kuning.


PENUTUP

Kesimpulan
·         Teknologi pasca panen pada buah jeruk memerlukan suatu pemaham yang baik agar dapat menghasilkan buah jeruk yang memiliki kualitas baik.
·         Pemanfaatan buah jeruk untuk produk olahan perlu untuk dikembangkan.
·         Limbah dari buah jeruk yang jatuh masih dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan karena buah jeruk yang jatuh masih bisa di olah kembali.
Saran
Diharapkan Small Projeck seperti ini dapat terus diterapkan karena kerja secara langsung dilapangan lebih dapat dipahami dan dapat lebih mengembangkan komunikasi dan interaksi yang baik dengan orang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Artarlina, S.S., I. Noor. 2006a. Kualitas buah jeruk siam di lahan pasang surut. Dalam Monograf Jeruk Siam di Lahan Pasang Surut, Pengelolaan dan Pengembangannya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Balittra Banjarbaru

Antarlina, S.S., Y. Rina, Achmadi, Noorginayuwati, I. Noor, E. Maftu’ah dan H.D. Noor. 2006b. Identifikasi kualitas buah jeruk dalam hubungannya dengan karakteristik lahan lebak. Laporan Akhir 2006. Balittra Banjarbaru, balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Deptan. 37 hal.
Noor, I., S.S Antarlina, Wahida A.Y, dan E. Maftu’ah. 2007. Komponen teknologi
pengelolaan hara Ca dan Mg untuk peningkatan kualitas buah jeruk di lahan sulfat masam. Laporan Akhir Balittra 2007. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 19 hal.
Wahyunindiyawati, S.R., Soemarsono dan F. Kasijadi. 1991. Skala usahatani jeruk siem di Jawa Timur. Jurnal Hortikultura 1(1)61-69. Puslitbang Hortikultura, Jakarta
Yuniarti, Tranggono dan Hardiman, 1991. Penentuan saat petik buah apel manalagi berdasarkan nisbah gula asam dan tekstur. Jurnal Hortikultura 1(3)1-5. Puslitbang Hortikultura, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar