LAPORAN
SMALL PROJECK
“Teknologi Pasca Panen Pada Buah Jeruk”
Oleh:
Anita Ray (111710101001)
Fikri Arsyl (111710101025)
Fifi Dewi Kadita (111710101045)
Rika Damayanti (111710101061)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu,
jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara
alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang
mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
Tanaman
jeruk dikenal dengan nama latin Citrus sinensis Linn. Tumbuhan ini
merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Jeruk
manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis pada ketinggian 900-1200
meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab, serta mempunyai
persyaratan air tertentu (Antarlina, S., 2006). Buah ini juga mengandung serat
makanan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh normal. Dengan
rasanya yang asam-asam manis, buah jeruk manis dapat dikonsumsi dalam berbagai
bentuk, baik segar maupun dibuat sari buah / jus.
Nilai
serat dalam sebuah jeruk manis setara dengan 12 persen yang dibutuhkan per
hari. Fungsi serat jelas sangat penting antara lain membantu proses pencernaan.
Serat dalam jeruk manis bisa membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan
juga menurunkan resiko penyakit jantung. Kandungan lain dalam buah ini dapat
mempengaruhi aktivitas enzim Glutatione S-Transferase (GTS), untuk menghambat
terjadinya kanker, bekerjasama dengan senyawa limonoida seperti limonin dan
nomilin. GTS sendiri merupakan enzim utama sistem detoksifikasi yang dapat
menetralkan karsinogen.
Penanganan pasca panen di tingkat petani maupun di
tingkat pedagang pada umumnya hampir sama, perbedaaanya hanya terletak pada
panenannya saja. Kegiatan pasca panen sangat penting terutama untuk buah jeruk,
karena akan menentukan mutu dan kualitas jeruk yang dihasilkan. Umumnya
kualitas sangat berperan dalam pemasaran sebab akan memberikan harga yang cukup
berarti. Teknologi pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan jumlah
kehilangan. Di dalam tahapan pasca panen selalau terjadi kehilangan dan
kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi. Bentuk
kehilangan pasca panen antara lain susut bobot, kebusukan, penurunan secara
fisik dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian yang
sangat besar.
1.2.Tujuan
·
Untuk mengetahui katakteristik buah jeruk
·
Untuk mengetahui penanganan pasca panen pada buah
jeruk
1.3.Manfaat
·
Mengetahui cara penangan pasca panen yang baik
·
Mengetahui kualitas buah jeruk
·
Dapat mengembangkan teknologi yang sesuai untuk proses
pasca panen buah jeruk
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Karakteristik Fisiologi Buah Jeruk
Tanaman jeruk manis dapat mencapai
ketinggian 3-10 m. Tangkai daun 0,5-3,5 cm. Daun berbentuk elips atau bulat
telur memanjang. Buah jeruk berbentuk bulat atau bulat rata dan memiliki kulit
buah yang tebal (sekitar 0,3 – 0,5 cm), daging buah kuning, jingga atau
kemerah-merahan. Daging buah terbagi-bagi atas 8-13 segmen yang mengelilingi sumbu
buah. Biji jeruk berbentuk bulat telur dan berwarna putih atau putih keabuan
Jeruk dikenal sebagai buah dengan rasa segar dan bergizi. Selain kaya vitamin
dan mineral,
Kandungan senyawa dalam jeruk manis yang kaya
vitamin C, potassium, dan folid acid, dapat berfungsi untuk menghambat sel-sel
kanker. Selain kaya serat, buah berwarna kuning ini juga mengandung hesperidin
yang mampu menurunkan resiko penyakit jantung, mencegah kolesterol, serta
menurunkan tekanan darah. Dalam satu buah jeruk manis ukuran sedang terdapat 16
gram karbohidrat yang mengandung 70 kalori. Karbohidrat ini penting sebagai
sumber energi tubuh, terutama untuk otak.
Karakteristik
batang buah dapat mempengaruhi penampilan batang atas. Batang bawah menyebabkan
perbedaan volume kanopi, hasil buah per pohon, kandungan hara daun dan kualitas
buah (lingkar buah, bobot buah, ketebalan kulit buah, kadar juice, kandungan
padatan terlarut, dan kadar asam total) pada batang atas.
a. Mutu fisik
Penentuan mutu suatu bahan tidak hanya meliputi nilai gizinya
saja, akan
tetapi sifat fisik yang dapat terlihat oleh inderapun
sangat menentukan penerimaan dari
konsumen. Beberapa karakteristik fisik buah jeruk
seperti berat, ukuran buah (tinggi
dan diameter), nisbah buah (T/D), berat daging buah
dan densitas buah dapat dilihat
pada
Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik fisik buah jeruk
Kelas
|
Berat buah (gr)
|
Tinggi buah (cm)
|
Ø buah (cm)
|
Nisbah (T/D)
|
Berat daging (gr)
|
Densitas buah (ml/gr)
|
B
|
135,58
|
54,80
|
61,20
|
0,90
|
105,32
|
0,97
|
C
|
98,86
|
46,60
|
53,02
|
0,88
|
92,35
|
1,02
|
D
|
54,64
|
42,00
|
47,05
|
0,90
|
49,00
|
0,98
|
Ukuran buah yang besar
tercermin dari berat, tinggi, diameter, lingkar dan volume buah yang mempunyai
nilai tertinggi. Nisbah T/D dapat menunjukkan bentuk buah, apabila nisbah T/D
mempunyai nilai satu artinya bentuk buah tersebut bulat. Nilai T/D lebih besar
satu bentuk buah oval sedangkan bila nilai T/D kecil dari satu berarti bentuk
buah pipih. Berat daging buah akan digambarkan dari ukuran buah diatas, semakin
besar ukuran buah berbanding lurus dengan berat daging buah. Densitas
menunjukkan tingkat kemasakan buah. Makin masak buah (Haryanto dan Royaningsih,
2003 dalam Antarlina et al., 2006b).
b. Mutu kimia
Kelas
|
Kadar
Air (%)
|
Kadar
sari buah (%)
|
TPT
(%)
|
Kadar
vit. C (mg/100 g)
|
A
|
87,68
|
44,02
|
9,12
|
25,16
|
B
|
88,14
|
42,64
|
9,40
|
24,28
|
C
|
87,64
|
41,79
|
9,36
|
25,32
|
Rata-rata
|
87,64
|
42,82
|
9,29
|
24,92
|
Rata-rata kadar air buah jeruk >87% sedangkan kadar sari bervariasi
dari 42-62% dan rata-ratanya 42,82%. Hal ini tergantung dari tingkat kematangan
dan juga faktor lain seperti ketersediaan unsure hara serta air. Besar kecilnya
kadar gula (TPT) tergantung dari perlakuan kondisi tanah dan jumlah unsur hara
mikro seperti Ca dan Mg (Yuniarti etal.,1991 dalam Antarlina dan Noor, 2006a).
2.2. Teknologi
Pasca Panen Buah Jeruk
Penanganan pasca panen di tingkat petani maupun di
tingkat pedagang pada umumnya hampir sama, perbedaaanya hanya terletak pada
panenannya saja. Kegiatan pasca panen sangat penting terutama untuk buah jeruk,
karena akan menentukan mutu dan kualitas jeruk yang dihasilkan. Umumnya
kualitas sangat berperan dalam pemasaran sebab akan memberikan harga yang cukup
berarti.
Teknologi pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan jumlah
kehilangan. Di dalam tahapan pasca panen selalau terjadi kehilangan dan
kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi. Bentuk
kehilangan pasca panen antara lain susut bobot, kebusukan, penurunan secara
fisik dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian yang
sangat besar (Wahyunindiyawati, S.R., 1991).
Cara penanganan pasca panen
a. Pemanenan
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam panen jeruk :
Petani mulai memanen buah jeruk apabila warna buah
mulai menguning dengan frekuensi panen hingga 5 kali panen per musim pada
luasan satu hektar atau lebih. Selain itu ciri panen jeruk bila kulit buah
sudah tidak keras serta tidak berbau asam dan terlihat berminyak (mengkilap).
Tingkat ketuaan tersebut sesuai dengan keinginan sebagian konsumen karena
rasanya sudah lebih enak (manis yang mengandung asam) dan ketahanan simpannya
akan lebih lama.
Mutu jeruk yang baik diperoleh apabila buah tersebut
dipanen pada tingkat ketuaan yang tepat. Bila dipanen terlalu awal mutunya akan
rendah meskipun warna hijau akan bertahan lebih lama, sedangkan bila jeruk
dipanen pada tingkat umur lewat matang, maka buah akan mengapas (kapau) dan
kandungan sari jeruk semakin rendah, akibatnya nilai jual akan rendah,
disamping kenampakan fisik menjadi kurang baik dan rasanya menjadi hambar (Yuniarti,
et al., 1991).
Tangkai buah
yang terlalu panjang akan melukai buah jerukyang lain sehingga harus di potong
di sisakan sekitar 2 mm dari buah Panen buah di pohon yang tinggi harus menggunakan
tangga,agar cabang dan ranting tidak rusak Jangan memanen buah dengan cara memanjat pohon, karenakaki kotor dapat
menyebarkan penyakit pada pohon Pemanen buah
dilengkapi dengan keranjang yang dilapisikarung plastik atau kantong yang dapat
digantungkan pada leher Wadah penampung buah terbuat dari bahan yang lunak,
bersih,dan buah
diletakkan secara perlahan. Krat walau biaya awalnya mahal, bisa
ditumpuk, bertahan lama, dapat dipakai berulang-ulang dan mudah dibersihkan.
b. Sortasi dan
pencucian
Sortasi atau seleksi merupakan salah
saturang kaian dari kegiatan setelah panen yangumumnya dikerjakan di bangsal
pengemasan atau di kebun dengan tujuan memisahkan buah yang layak dan tidak layak untuk dipasarkan (busuk,terserang
penyakit, cacat, terlalu muda/tua dan lain-lain).
c. Pemutuan atau
grading
Pemutuan atau grading dilakukan
setelah sortasi dan pencucian untuk mengelompokan buah berdasarkan mutu yaitu,
ukuran, berat, warna,bentuk, tekstur, dan kebebasan buah dari kotoran atau
bahan asing.
d. Pelilinan
Pelapisan lilin pada buah-buahan sebenarnya adalah menggantikan dan menambah lapisan
lilinalami yang terdapat pada buah yang sebagian besar hilang selama penanganan karena
lapisan lilin yang menutupi
pori-pori buah dapat menekan respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan buah lebih lama dan nilai jualnya lebih
baik.
e. Labeling dan Pengemasan
Pengemasan buah bertujuan melindungi buah
dariluka, memudahkan pengelolaan (penyimpanann,pengangkutan, distribusi),
mempertahankan mutu,mempermudah perlakuan khusus, danmemberikan estetika yang menarik
konsumen.
Pemberi tanda atau
label diantaranya yaitu nama barang, jumlah buah setiap peti, berat peti dan
jeruk, kualitas, tanda merek dagang,daerah/negara asal.
f. Penyimpana
Penyimpanan buah jeruk bertujuan: memperpanjang kegunaan, menampung hasil panen yang
melimpah,menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan financial, mempertahankan
kualitas jeruk yangdisimpan.
Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme, pelunakan,kehilangan
air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang/cendawan).
2.3. Kerusakan
Fisiologi Buah Jeruk
a. Perubahan Vitamin C Dalam Buah
Buah yang masih mentah mengandung vitamin C yang cukup banyak
dan semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C – nya. Vitamin C
juga disebut asam askorbat dapat disintesis dari D-glukosa atau D-galaktosa
merupakan gula heksosa (Winarno dan Aman, 1981).
Pada umumnya semakin banyak mendapat sinar matahari pada
waktu tanaman tumbuh, semakin banyak pula kandungan asam askorbat (Apandi,
1984). Hal ini disebabkan semakin banyak mendapat cahaya, setiap proses
fotosintesis akan semakin giat dan gula heksosa akan semakin banyak terbentuk.
Kandungan asam askorbat akan mengalami penurunan selama penyimpanan terutama
pada suhu penyimpanan yang tinggi. Kandungan asam askorbat setelah
penyimpanan kira-kira 1/2 sampai 2/3 pada waktu panen (Pantastico, 1986).
Kerusakan
mekanis juga dapat menyebabkan berkurangnya asam askorbat, karena asam askorbat
sangat peka terhadap adanya oksidasi terutama oleh karena adanya enzim asam
askorbat oksidase yang terdapat dalam jaringan tanaman (Apandi, 1984). Enzim
lain yang dapat merusak asam askorbat secara tidak langsung adalah fenolase,
sitokhrom oksidase dan peroksidase. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi
menjadi L-dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C.
Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan
lebih lanjut menjadi asam L-diketogulat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C
lagi (Winarno dan Aman, 1981).
BAB 3. METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perkebunan jeruk Jln.
Tidar no.88 Rt 02 Rw 02 daerah kawasan scaba Jember hari rabu tanggal 7 Maret
2012 pukul 12.00 WIB
3.2 Metode Penelitian
Teknik yang digunakan dalam metode penelitian ini
adalah data dengan cara:
1. Literatur
Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori yang berhubungan dengan
budidaya jeruk khususnya mengenai pasca panen tanaman jeruk.
2. Pengamatan (Observasi)
Tahap
observasi merupakan tahan yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai obyek
penelitian.
3. Wawancara
Pengumpulan
data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan stakeholder yang
terkait. Metode ini dilakukan untuk mendukung akurasi data.
Persiapan wawancara : Memahami referensi yang didapatkan agar
menguasai materi yang akan di tanyakan dan Membuat daftar pertanyaan.
4. Diskusi
Diskusi
dilakukan dengan kelompok untuk mengumpukan semua data yang telah diperoleh
dalam bentuk laporan.
Diagram alir penelitian seperti yang dijelaskan pada Gambar 3.1.
Searching jeruk
Menentukan lokasi perkebunan
Melakukan observasi di perkebunan jeruk
Pengamatan kualitas buah jeruk
wawancara
Diskusi
Gambar 3.1 Tahapan penelitian yang akan
dilakukan
BAB 4. PEMBAHASAN DAN HASIL
Pengamatan
|
Jeruk Mentah
|
Jeruk siap panen
|
Tekstur
|
Keras
|
Agak empuk
|
Warna Kulit
|
Hijau Tua
|
Hijau sembur kuning
|
Rasa
|
Asam/kecut
|
Manis
|
Bentuk Kerusakan
|
·
Bintik hitam pada kulit
·
Keretakan
·
Kulit berjamur
|
·
Warna tidak merata
·
Busuk
|
Warna daging
|
Kuning kurang sempurna
|
Kuning sempurna (pekat)
|
Penelitian ini dilakukan di perkebunan jeruk milik Pak
Arief Poniran jalan Tidar no. 88 RT 02 RW 02 SCABA Jember. Jenis jeruk yang
dibudidayakan Pak Arif termasuk jenis jeruk keprok siem. Berdasarkan hasil
pengamatan di kebun jeruk antara lain :
1. Tekstur
Pada buah yang
masih mentah teksturnya lebih keras dari pada yang sudah matang.
2.
Warna Kulit Jeruk
Pada kulit
jeruk yang masih mentah warnanya hijau tua sedangkan pada jeruk yang sudah
matang warnanya hijau dengan semburan kuning, hal itu menandakan buah jeruk
siap untuk dipanen.
3.
Rasa
Perbedaan rasa
antara jeruk mentah dan jeruk yang siap panen sangat berbeda, pada jeruk mentah rasanya asam/kecut
sedangkan pada jeruk yang matang atau siap panen rasanya manis.
4.
Kerusakan
a. Jeruk mentah
·
Bintik hitam pada kulit
·
Keretakan
Waktu pembungaan di serang hama trip hama kecil.
·
Kulit berjamur
b. Jeruk siap
panen
·
Warna tidak merata
Terjadi karena pemberian peptisida yang tidak merata
atau telalu berlebihan pada buah, bisa juga dikarenakan kurang cahaya sehingga
diserangan fitoptora pada tempat yang lembab.
·
Busuk
Busuk biasanya terjadi karena buah jatuh dan serangan
hama.
5.
Warna Daging Jeruk
Pada daging
jeruk yang masih mentah warnanya kuning kurang sempurna sedangkan pada jeruk
yang sudah matang warnanya kuning sempurna (pekat).
Proses pemanenan buah jeruk dilakukan pada saat buah jeruk belum matang
sempurna tandanya yaitu warna pada kulit hijau ada semburan kuning.
PENUTUP
Kesimpulan
·
Teknologi pasca panen pada buah jeruk memerlukan suatu
pemaham yang baik agar dapat menghasilkan buah jeruk yang memiliki kualitas
baik.
·
Pemanfaatan buah jeruk untuk produk olahan perlu untuk
dikembangkan.
·
Limbah dari buah jeruk yang jatuh masih dapat
dimanfaatkan menjadi produk olahan karena buah jeruk yang jatuh masih bisa di
olah kembali.
Saran
Diharapkan Small Projeck seperti
ini dapat terus diterapkan karena kerja secara langsung dilapangan lebih dapat
dipahami dan dapat lebih mengembangkan komunikasi dan interaksi yang baik
dengan orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Artarlina, S.S., I. Noor. 2006a. Kualitas buah jeruk siam di lahan pasang surut. Dalam Monograf Jeruk
Siam di Lahan Pasang Surut, Pengelolaan dan Pengembangannya. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Balittra Banjarbaru
Antarlina, S.S., Y. Rina, Achmadi, Noorginayuwati, I.
Noor, E. Maftu’ah dan H.D. Noor. 2006b.
Identifikasi kualitas buah jeruk dalam hubungannya dengan karakteristik lahan
lebak. Laporan Akhir 2006. Balittra Banjarbaru, balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Deptan. 37 hal.
Noor, I., S.S Antarlina, Wahida A.Y, dan E. Maftu’ah.
2007. Komponen teknologi
pengelolaan
hara Ca dan Mg untuk peningkatan kualitas buah jeruk di lahan sulfat masam. Laporan Akhir
Balittra 2007. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang
Pertanian. 19 hal.
Wahyunindiyawati, S.R., Soemarsono dan F. Kasijadi.
1991. Skala usahatani jeruk siem di Jawa
Timur. Jurnal Hortikultura 1(1)61-69. Puslitbang Hortikultura, Jakarta
Yuniarti, Tranggono dan Hardiman, 1991. Penentuan saat petik buah apel manalagi
berdasarkan nisbah gula asam dan tekstur. Jurnal Hortikultura 1(3)1-5.
Puslitbang Hortikultura, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar