LAPORAN PRAKTIKUM
PENGARUH DAYA SIMPAN SUSU PADA SUHU DINGN
DAN SUHU RUANG
Oleh :
Anita Ray
S. (111710101001)
Fikri Arsyl
R. (111710101025)
Fifi Dewi
Kadita (111710101045)
Rika
Damayanti (111710101061)
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Air susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena
kelezatan dan komposisinya yang ideal selain air susu mengandung semua zat yang
dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam air susu dapat
diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Didalam kehidupan sehari-hari, tidak semua orang meminum air susu
yang belum diolah. Hal ini disebabkan karena tidak terbiasa mencium aroma susu
segar (mentah), atau sama sekali tidak suka air susu dan sebagian lagi karena
menganggap harga air susu mahal dibandingkan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Dengan adanya teknologi pengolahan/pengawetan bahan makanan, maka hal tersebut
diatas dapat diatasi, sehingga air susu beraroma enak dan disukai orang. Air
susu yang banyak menyebar dan dikenal dipasaran adalah air susu sapi.
Sebenarnya air susu kambing dan kerbau tidak kalah nilai gizinya dibandingkan
dengan air susu sapi. Hanya karena faktor kebiasaan dan ketersediaannya maka
air susu sapi lebih menonjol dipasaran.
Susu
adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus menerus dari ambing sapi yang
sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan tertentu. Susu merupakan sumber gizi
terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan karena mengandung protein,
karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin A, C dan D dalam jumlah
memadai. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan.
Hal tersebut dipengaruhi oleh lemak, kalsium dan kasein. Air susu terasa
sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari
klorida, sitrat, dan garam-garam mineral lainnya. Komposisi susu terdiri dari air
(87.9 persen), laktose (4.60 persen), vitamin, enzim, gas dan mineral serta bahan
kering (12.1 persen). Bahan kering yang terdiri dari lemak (3.45 persen) dan bahan
kering tanpa lemak (8.65 persen). Bahan kering tanpa
lemak
terdiri dari protein (3.20 persen), kasein (2.70 persen) dan albumin (0.50 persen). Susu memiliki
beberapa manfaat yang yang berguna bagi kesehatan tubuh. Beberapa manfaat
susu antara lain adalah pencegahan osteoporosis, mengatasi insomnia, dan
meredakan gangguan pencernaan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan
dilakukan praktikum ini antara lain :
·
Untuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada susu sapi segar selama penyimpanan.
·
Mengetahui
perbedaan yang terjadi pada susu yang disimpan pada suhu ruang dan suhu dalam
pendinginan
·
Mengetahui
ciri-ciri kerusakan pada susu segar.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sifat Fisik
dan Kimia Susu
2.1.1. Sifat
Fisik Susu
Berikut
beberapa sifat fisik dari susu:
1. Warna
Warna air susu dapat berubah
dari satu warna kewarna yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan,
jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar
dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari
susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan
partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah
karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka
susu akan menunjukkan warna kebiruan.
2. Rasa dan bau
Kedua komponen ini erat
sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit
manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida,
sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Bahwa cita rasa yang kurang
normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin merupakan
akibat dari:
a. Sebab-sebab fisiologis
seperti cita rasa pakan sapi misalnya alfalfa, bawang merah, bawang putih, dan
cita rasa algae yang akan masuk ke dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari
pakan dan air minum sapi.
b. Sebab-sebabdari enzim
yang menghasilkan cita rasa tengikkarena kegiatan lipase pada lemak susu.
c. Sebab-sebab kimiawi, yang
disebabkan oleh oksidasi lemak.
d. Kedua komponen ini erat sekali hubungannya
dalam menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang
disebabkan oleh sebab dari bakteri yang timbul sebagai akibat pencemaran dan
pertumbuhan bakteri yang menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil
samping metabolik lainnya yang mudah menguap.
e. Sebab-sebab mekanis, bila
susu mungkin menyerap cita rasa cat yang ada disekitarnya, sabun dan dari
larutan chlor.
3. Berat jenis
Air susu mempunyai berat
jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu = 1.027-1.035 dengan rata-rata
1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu
adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan.
Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun
disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat
jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal
akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh :
perubahan kondisi lemak
Adanya gas yang timbul didalam air susu
4. Kekentalan air susu (viskositas)
Seperti BJ maka viskositas
air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu biasanya berkisar 1,5 –
2,0 cP. Pada suhu 20°C viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan
susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas.
Temperatur ikut juga menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat
menguntungkan dalam pembuatan mentega.
5. Titik beku dan titik cair dari air susu
Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik
beku air susu adalah –0.5000 C. Akan tetapi untuk Indonesia telah
berubah menjadi –0.5200 C. Titik beku air adalah 00 C.
Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka dengan mudah
dapat dilakukan pengujian dengan uji penentuan titik beku. Karena campuran air
susu dengan air akan memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan
lebih kecil dari air susu. Titik didih air adalah 100°C dan air susu 100.16°C.
Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air.
6. Daya cerna
Air susu mengandung
bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat dicerna, diserap dan dimanfaatkan
tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh karena itu air susu dinyatakan sangat
baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi bahan makanan baik dari hewani
terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya denagn air susu (Abdulla,
S. 1988).
2.1.2.
Sifat Kimia Susu
Keasaman dan pH
Susu segar mempunyai sifat
ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika
diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika
diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion
hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6.5 – 6.7. Jika dititrasi dengan
alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0.10
– 0.26 % saja. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat.
Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang
bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam
amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih
tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5
menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri
(Fitriyono A, 2010)
2.2. Komposisi Susu
Secara
alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan
menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan
makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau
ditambah bahan-bahan lain. Hewan-hewan yang susunya digunakan sebagai bahan
makanan adalah sapi perah, kerbau unta, kambing perah (kambing etawah) dan
domba. Berbagai sapi diternakkan untuk diperah susunya antara lain Ayrshire, Brown
Swiss, Guernsey, Zebu, Sapi Grati, Fries Holand dan turunannya.
Susu yang baik apabila
mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikrobia pathogen,
bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya, mempunyai cita rasa (flavour)
yang baik, dan tidak dipalsukan. Pemeriksaan air susu terhadap pemalsuan akan
diuraikan pada
Komponen-komponen susu
yang terpenting adalah protein dan lemak. Kandungan protein susu berkisar
antara 3 - 5 persen sedangkan kandungan lemak berkisar antara 3 - 8 persen.
Kandungan energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7. Komposisi air susu
rata-rata adalah sebagai berikut :
· Air
(87,90%)
· Casein
(2,70%)
· Lemak
(3,45%)
· Bahan
kering (12,10%)
· Albumin
(0.50%)
· Protein
(3,20%)
· Laktosa
(4,60%)
(Fitriyono
A, 2010).
2.3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komposisi Susu
Komposisi air susu dipengaruhi
oleh beberapa faktor misalnya :
1. Jenis ternak dan keturunannya
(hereditas).
2. Tingkat laktasi.
3. Umur ternak.
4. Infeksi/peradangan pada
ambing.
5. Nutrisi/pakan ternak.
6. Lingkungan dan
7. Prosedur pemerahan susu.
Keseluruhan faktor-faktor
ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu faktor-faktor yang ditimbulkan oleh
lingkungan, genetik dan management. Untuk lebih jelasnya faktor yang mempengaruhi
komposisi air susu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jenis Ternak dan Keturunannya
Terdapat perbedaan komposisi
air susu manusia dan berbagai jenis Ternak, hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3. Demikian pula meskipun sama sama sapi perah, tetapi jika dari
keturunan yang berbeda, hasil dan komposisi susunya juga berbeda. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 3.
Jenis
|
Bahan kering
|
Protein
|
Lemak
|
Laktosa
|
Mineral
|
Manusia
Sapi perah
Domba
Kambing
Kerbau
Sapi zebu
|
12.60
12.83
17.00
13.00
21.40
13.30
|
2.00
3.50
3.20.
3.70
5.50
3.40
|
3.50
3.80
3.20
4.00
10.50
4.20
|
6.80
4.90
4.70
4.45
4.50
5.00
|
0.30
0.73
0.90
0.85
0.85
0.80
|
Dari tabel 3 dapat dilihat
bahwa susu kerbau mengandung protein yang paling tinggi. Kemudian diikuti oleh
susu kambing, sapi perah, zebu, domba. Kandungan lemak yang paling tinggi juga
terdapat pada susu kerbau, diikuti oleh susu sapi zebu, kambing, sapi perah dan
domba. Sedangkan pada tabel 4 terlihat bahwa susu sapi Jersey mengandung protein
dan lemak yang paling tinggi dibandingkan susu sapi jesis lainnya.
2. Tingkat Laktasi :
Komposisi
air susu berubah pada tiap tingkat laktasi. Perubahan yang terbesar terjadi
pada saat permulaan dan terakhir periode laktasi.
Kolostrum
: Sekresi pertama setelah proses kelahiran. Komposisinya sangat berbeda
dengan komposisi susu sapi Fries Holland. Pada kolostrum terkandung :
· Konsentrasi zat padatnya lebih tinggi
· Casein, protein whey
(terutama globulin), garam mineral lebih tinggi (Ca, Mg, P, Cl lebih tinggi,
Potasium lebih rendah)
· Laktosa lebih rendah
· Lemak bisa lebih tinggi
bisa lebih rendah.
3.
Umur Ternak
Pada
umumnya sapi berumur 5 – 6 tahun sudah mempunyai produksi susu yang tinggi
tetapi hasil maksimum akan dicapai pada umur 8 – 10 tahun. Umur ternak erat
kaitannya dengan periode laktasi. Pada periode permulaan produksi susu tinggi
tetapi pada masa-masa akhir laktasi produksi susu menurun. Selama periode
laktasi kandungan protein secara umum mengalami kenaikan, sedangkan kandungan
lemaknya mula-mula menurun sampai bulan ketiga laktasi kemudian naik lagi.
4.
Infeksi/Peradangan pada Ambing
Infeksi/peradangan
pada ambing dikenal dengan nama mastitis. Mastitis adalah suatu peradangan pada
tenunan ambing yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme, zat kimia, luka
termis ataupun luka karena mekanis. Peradangan ini dapat mempengaruhi komposisi
air susu antara lain dapat menyebabkan bertambahnya protein dalam darah dan
sel-sel darah putih di dalam tenunan ambing serta menyebabkan penurunan
produksi susu. Pengaruh penyakit mastitis terhadap komponen dan pH susu bovine
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Mastitis terhadap Komponen dan PH Susu Bovine
Komponen
|
Susu Normal
|
Susu Mastitis
|
Lemak (%)
Laktosa (%)
Casein (mg/ml)
Whey Protein (mg/ml)
Na (mg/100 ml)
K (mg/100 ml)
Cl (mg/100 ml)
Ca (mg/100 ml)
PH
|
3,45
4,85
27,9
8,2
57
172,5
80 –130
136
6,65
|
3,2
4,4
22,5
13,1
104,6
157,3
>250
49
6,9 – 7.0
|
5.
Nutrisi/Pakan
Jenis pakan akan dapat
mempengaruhi komposisi susu. Pakan yang terlalu banyak konsentrat akan
menyebabkan kadar lemak susu rendah. Jenis pakan dari rumput-rumputan akan
menaikan kandungan asam oleat sedangkan pakan berupa jagung atau gandum akan
menaikkan asam butiratnya. Pemberian pakan yang banyak pada seekor sapi yang
kondisinya jelek pada waktu sapi itu dikeringkan dapat menaikkan hasil susu
sebesar 10 – 30 %. Pemberian air adalah penting untuk produksi susu, karena
susu 87 % terdiri dari air dan 50 % dari tubuh sapi terdiri dari air. Jumlah
air yang dibutuhkan tergantung dari :
a. Produksi susu yang dihasilkan oleh seekor sapi
b. Suhu sekeliling
c. Pakan yang diberikan
Perbandingan antara susu
yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1 : 36. Air yang dibutuhkan
untuk tiaphari bagi seekor sapi berkisar 37 – 45 liter.
6.
Lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap
komposisi susu bisa dikomplikasikan oleh faktor-faktor seperti nutrisi dan
tahap laktasi. Hanya bila faktor-faktor seperti ini dihilangkan menjadi
memungkinkan untuk mengamati pengaruh musim dan suhu. Biasanya pada musim hujan
kandungan lemak susu akan meningkat sedangkan pada musim kemarau kandungan
lemak susu lebih rendah. Produksi susu yang dihasilkan pada kedua musim
tersebut juga berbeda. Pada musim hujan produksi susu dapat meningkat karena
tersedianya pakan yang lebih banyak dari musim kemarau.
Suhu dan kelembaban
mempengaruhi produksi susu. Selain itu pada lingkungan dengan kelembaban yang
tinggi sangat mempengaruhi timbulnya infeksi bakteri dan jamur penyebab
mastitis. Suhu lingkungan yang tinggi secara jelas menurunkan produksi susu,
karena sapi menurunkan konsumsi pakan, tetapi belum jelas apakah suhu
mempengaruhi komposisi susu.
7.
Prosedur Pemerahan Susu
Faktor yang mempengaruhi
produksi susu antara lain adalah jumlah pemerahan setiap hari, lamanya
pemerahan, dan waktu pemerahan. Jumlah pemerahan 3 – 4 kali setiap hari dapat
meningkatkan produksi susu daripada jika hanya diperah dua kali sehari.
Pemerahan pada pagi hari mendapatkan susu sedikit berbeda komposisinya daripada
susu hasil pemerahan sore hari. Pemerahan menggunakan tangan ataupun
menggunakan mesin tidak memperlihatkan perbedaan dalam produksi susu, kualitas
ataupun komposisi susu (Apriantono, A, 1989).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat dan
Bahan
3.1.1. Alat :
·
Panci
·
Kompor
·
Botol
·
Kulkas
3.1.2. Bahan :
·
Susu sapi segar
3.2. Skema Kerja
A.
Pengujian ketahanan susu dengan cara dipanaskan
Persiapkan bahan
|
Masukkan susu segar yang telah dipanaskan
ke dalam 2 botol @250mL
|
1 botol
disimpan pada suhu ruang dan
1 botol disimpan dalam kulkas
|
Amati perubahan yang terjadi
|
Dipanaskan hingga mendidih
|
Masukkan 500mL susu segar ke dalam
panci
|
B. pengujian
ketahanan susu dengan cara tanpa dipanaskan
Persiapkan bahan
|
Amati perubahan yang terjadi
|
Masukkan 500mL susu segar ke dalam 2 botol
@250mL,1 botol disimpan pada suhu dingin dan 1 botol disimpan pada suhu
ruang
|
BAB 4. HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Hari
|
Pengamatan
|
Dipanaskan
|
Tanpa
Dipanaskan
|
||
suhu ruang 250ml
|
suhu dingin 250ml
|
suhu ruang 250ml
|
suhu dingin 250ml
|
||
Hari 1
|
Aroma
|
Asam, bau tidak sedap
|
aroma khas susu
|
Asam, bau tidak sedap
|
aroma khas susu tapi lebih rendah
|
Warna
|
ada tiga warna, bagian dasar bening, bagian tengah
putih dan atas kekuningan
|
putih susu dan kekuningan sangat pekat
|
ada tiga warna, bagian dasar bening, bagian tengah
putih dan atas kekuningan
|
putih susu namun kenuningan lebih sedikit
|
|
Kenampakan
|
adanya gumpalan pada tengah susu. Dan ada tiga
lapisan yang terpisah
|
lebih kental dan warnanya lebih pekat
|
adanya gumpalan pada tengah susu. Dan ada tiga
lapisan yang terpisah
|
lebih encer dan seperti es batu
|
|
Hari 2
|
Aroma
|
Berabu basi dan busuk
|
Aroma susu berkurang
|
Berbau basi dan tengik
|
Aroma susu jauh lebih berkurang
|
Warna
|
Warna di permukaan
kuning pekat, ditengah putih menggumpal, didasar seperti air kekuningan
|
Putih kekuningan dan
sangat pekat
|
Warna di permukaan
kuning pekat, ditengah putih menggumpal, didasar seperti air kekuningan
|
Putih susu dan tidak
nampak pekat
|
|
Kenampakan
|
Terdapat 3 lapisan
yang menggumpal, dan tidak bersatu, lebih pekat dari sebelumnya
|
Strukturnya pekat dan
kental ada endapan
|
Terdapat 3 lapisan
yang menggumpal, dan tidak bersatu, lebih pekat dari sebelumnya
|
Strukturnya encer dan
tidak pekat
|
|
Hari 3
|
Aroma
|
Bau busuk dan basi
|
Bau masih tidak terlalu menyegat
|
Bau busuk dan basi
|
Bau tidak sedap, basi
|
Warna
|
Warna permukaan menjadi kuning pekat
|
Putih kekuningan
|
Warna permukaan menjadi kuning pekat
|
Kuning Pekat
|
|
Kenampakan
|
terdapat 3 lapisan yang lebih pekat dan kental,
disertai lendir
|
Terdapat endapan yang memisahkan antara warna putih
kekuningan dengan bening
|
terdapat 3 gumpalan yang semakin pekat, dan
membesar disertai lendir
|
Terdapat gumpalan.
|
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1
Perubahan Warna yang Terjadi pada Susu
Warna
susu berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan, bergantung jenis
hewan, pakan, dan jumlah lemak/padatan dalam susu. Dalam jumlah besar, susu
tampak keruh (opaque). Dalam bentuk lapisan tipis, susu tampak sedikit
transparan. Susu dengan kadar lemak rendah atau susu yang sudah dipisahkan
lemaknya berwarna kebiruan.
Warna
putih susu merupakan refleksi cahaya oleh globula lemak, kalsium kaseinat, dan
koloid fosfat. Karoten, adalah pigmen yang menyebabkan warna kuning susu
berasal dari pakan hijauan. Ketajaman warna karoten tergantung dari jumlah
pigmen dalam darah yang disekresi bersama-sama susu. Karoten yang terdapat
dalam susu, secara kimia identik dengan yang terdapat pada tanaman.
Pengamatan
warna susu dapat dilakukan secara organoleptik, yaitu melalui pengamatan langsung.
5.2
Perubahan Bau yang Terjadi pada Susu
Lemak
susu sangat mudah menyerap bau dari sekitarnya, seperti bau hewan asal susu
perah. Susu memiliki bau yang aromatis, hal ini disebabkan adanya perombakan
protein menjadi asam-asam amino. Bau susu akan lebih nyata jika susu dibiarkan
beberapa jam terutama pada suhu kamar. Kandungan laktosa yang tinggi dan
kandungan klorida rendah diduga menyebabkan susu berbau seperti garam.
5.3
Perubahan Viskositas yang Terjadi pada Susu
Semua cairan, termasuk susu, mempunyai
viskositas lebih besar pada suhu rendah dibandingkan pada suhu tinggi.
Viskositas susu menurun ketika dipanaskan selama proses pasteurisasi. Meskipun
demikian, susu yang dipanaskan dengan tekanan viskositasnya akan meningkat.
Pada umumnya kenaikan viskositas susu disebabkan karena terjadi perubahan
protein susu terutama kasein yang bersifat hidrofilik seperti halnya protein
yang lain.
5.4
Perubahan Endapan yang Terjadi pada Susu
Adanya endapan dalam susu merupakan
indikator penanganan yang tidak baik (sanitasi buruk). Kontaminasi endapan ini
biasanya diikuti dengan kontaminasi mikroba yang akan mendekomposisi susu dan
bahan asing yang terlarut dalam susu.
5.5
Adanya Pembentukan Gas yang Terjadi pada Susu
Dalam pembentukan gas selalu
diikuti oleh asam. Pembentukan utama disebabkan oleh bakteri coli, clostridium
sp, bacillus sp, gas H2 dan CO2 dan bakteri
laktat. Dalam lemari es, clostridium dan bacillus sp
tumbuh sedangkan bakteri lain tidak. Pada
suhu ruangan umumnya tumbuh bakteri coli sedangkan pada suhu lebih tinggi yang
tumbuh adalah pembentukan spora.
BAB 6. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Susu sapi segar yang dipanaskan dan
disimpan dalam kulkas,terlihat terjadi perubahan yang berupa warnanya putih,
tidak berbau, terdapat sedikit gumpalan, terdapat buih pada bagian atas
(setelah pemanasan)
2. Susu sapi segar yang tidak dipanaskan dan
disimpan dalam kulkas, putih, aroma tidak terlalu masam, terdapat sedikit gumpalan.
3. Susu sapi segar yang dipanaskan dan
disimpan pada suhu ruang,warna putih, masam, menggumpal pada bagian atas
(lemaknya), dan pada bagian bawahnya berupa cairan bening.
4. Susu sapi segar yang tidak dipanaskan dan
disimpan pada suhu ruang, putih, masam, gumpalan
5. Dari keempat jenis susu tersebut, yang
mempunyai viskositas tertinggi yaitu susu sapi segar yang tidak dipanaskan dan
disimpan dalam kulkas.
6.2. Saran
·
Botol yang digunakan sebagai wadah susu harus disterilkan terlebih
dahulu agar tidak terkontaminasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdulla, S. 1988. Penentuan Kualitas Susu.Majalah
Komunikasi/Informasi Profesi dan Koperasi. Peternakan Indonesia No. 37. ISSN
0216-3242. Jakarta
Apriantono, A., D. Fardiaz,
N.L. Puspitasari, Sudarnawati dan D. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor
Fitriyono
Ayustaningwarno.2010. Ilmu Pengolahan
Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar