Kamis, 31 Mei 2012

Laporan Susu



LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH DAYA SIMPAN SUSU PADA SUHU DINGN
DAN SUHU RUANG






Oleh :
Anita Ray S.               (111710101001)
Fikri Arsyl R.              (111710101025)
Fifi Dewi Kadita         (111710101045)
Rika Damayanti          (111710101061)




BAB 1.  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Air susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal selain air susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam air susu dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Didalam kehidupan sehari-hari, tidak semua orang meminum air susu yang belum diolah. Hal ini disebabkan karena tidak terbiasa mencium aroma susu segar (mentah), atau sama sekali tidak suka air susu dan sebagian lagi karena menganggap harga air susu mahal dibandingkan kebutuhan sehari-hari lainnya. Dengan adanya teknologi pengolahan/pengawetan bahan makanan, maka hal tersebut diatas dapat diatasi, sehingga air susu beraroma enak dan disukai orang. Air susu yang banyak menyebar dan dikenal dipasaran adalah air susu sapi. Sebenarnya air susu kambing dan kerbau tidak kalah nilai gizinya dibandingkan dengan air susu sapi. Hanya karena faktor kebiasaan dan ketersediaannya maka air susu sapi lebih menonjol dipasaran.
            Susu adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus menerus dari ambing sapi yang sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan tertentu. Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin A, C dan D dalam jumlah memadai. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Hal tersebut dipengaruhi oleh lemak, kalsium dan kasein. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat, dan garam-garam mineral lainnya. Komposisi susu terdiri dari air (87.9 persen), laktose (4.60 persen), vitamin, enzim, gas dan mineral serta bahan kering (12.1 persen). Bahan kering yang terdiri dari lemak (3.45 persen) dan bahan kering tanpa lemak (8.65 persen). Bahan kering tanpa
lemak terdiri dari protein (3.20 persen), kasein (2.70 persen) dan albumin (0.50 persen). Susu memiliki beberapa manfaat yang yang berguna bagi kesehatan tubuh. Beberapa manfaat susu antara lain adalah pencegahan osteoporosis, mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan.

1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini antara lain :
·      Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada susu sapi segar selama penyimpanan.
·      Mengetahui perbedaan yang terjadi pada susu yang disimpan pada suhu ruang dan suhu dalam pendinginan
·      Mengetahui ciri-ciri kerusakan pada susu segar.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat Fisik dan Kimia Susu
2.1.1. Sifat Fisik Susu
Berikut beberapa sifat fisik dari susu:
1. Warna
Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan.
2. Rasa dan bau
Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Bahwa cita rasa yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin merupakan akibat dari:
a. Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa pakan sapi misalnya alfalfa, bawang merah, bawang putih, dan cita rasa algae yang akan masuk ke dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari pakan dan air minum sapi.
b. Sebab-sebabdari enzim yang menghasilkan cita rasa tengikkarena kegiatan lipase pada lemak susu.
c. Sebab-sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi lemak.
d.  Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh sebab dari bakteri yang timbul sebagai akibat pencemaran dan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik lainnya yang mudah menguap.
e. Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin menyerap cita rasa cat yang ada disekitarnya, sabun dan dari larutan chlor.
3. Berat jenis
Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu = 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh :
􀂾 perubahan kondisi lemak
􀂾 Adanya gas yang timbul didalam air susu
4. Kekentalan air susu (viskositas)
Seperti BJ maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu 20°C viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat menguntungkan dalam pembuatan mentega.
5. Titik beku dan titik cair dari air susu
 Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah –0.5000 C. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi –0.5200 C. Titik beku air adalah 00 C. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air susu. Titik didih air adalah 100°C dan air susu 100.16°C. Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air.


6. Daya cerna
Air susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh karena itu air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi bahan makanan baik dari hewani terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya denagn air susu (Abdulla, S. 1988).

2.1.2. Sifat Kimia Susu

Keasaman dan pH
Susu segar mempunyai sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6.5 – 6.7. Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0.10 – 0.26 % saja. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri (Fitriyono A, 2010)
2.2. Komposisi Susu
Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain. Hewan-hewan yang susunya digunakan sebagai bahan makanan adalah sapi perah, kerbau unta, kambing perah (kambing etawah) dan domba. Berbagai sapi diternakkan untuk diperah susunya antara lain Ayrshire, Brown Swiss, Guernsey, Zebu, Sapi Grati, Fries Holand dan turunannya.
Susu yang baik apabila mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikrobia pathogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya, mempunyai cita rasa (flavour) yang baik, dan tidak dipalsukan. Pemeriksaan air susu terhadap pemalsuan akan diuraikan pada
Komponen-komponen susu yang terpenting adalah protein dan lemak. Kandungan protein susu berkisar antara 3 - 5 persen sedangkan kandungan lemak berkisar antara 3 - 8 persen. Kandungan energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7. Komposisi air susu rata-rata adalah sebagai berikut :
·      Air (87,90%)
·      Casein (2,70%)
·      Lemak (3,45%)
·      Bahan kering (12,10%)
·      Albumin (0.50%)
·      Protein (3,20%)
·      Laktosa (4,60%)
(Fitriyono A, 2010).

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komposisi Susu
Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya :
1. Jenis ternak dan keturunannya (hereditas).
2. Tingkat laktasi.
3. Umur ternak.
4. Infeksi/peradangan pada ambing.
5. Nutrisi/pakan ternak.
6. Lingkungan dan
7. Prosedur pemerahan susu.
Keseluruhan faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu faktor-faktor yang ditimbulkan oleh lingkungan, genetik dan management. Untuk lebih jelasnya faktor yang mempengaruhi komposisi air susu dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis Ternak dan Keturunannya
Terdapat perbedaan komposisi air susu manusia dan berbagai jenis Ternak, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Demikian pula meskipun sama sama sapi perah, tetapi jika dari keturunan yang berbeda, hasil dan komposisi susunya juga berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.
Jenis
Bahan kering
Protein
Lemak
Laktosa
Mineral
Manusia
Sapi perah
Domba
Kambing
Kerbau
Sapi zebu
12.60
12.83
17.00
13.00
21.40
13.30
2.00
3.50
3.20.
3.70
5.50
3.40
3.50
3.80
3.20
4.00
10.50
4.20
6.80
4.90
4.70
4.45
4.50
5.00
0.30
0.73
0.90
0.85
0.85
0.80
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa susu kerbau mengandung protein yang paling tinggi. Kemudian diikuti oleh susu kambing, sapi perah, zebu, domba. Kandungan lemak yang paling tinggi juga terdapat pada susu kerbau, diikuti oleh susu sapi zebu, kambing, sapi perah dan domba. Sedangkan pada tabel 4 terlihat bahwa susu sapi Jersey mengandung protein dan lemak yang paling tinggi dibandingkan susu sapi jesis lainnya.
2. Tingkat Laktasi :
Komposisi air susu berubah pada tiap tingkat laktasi. Perubahan yang terbesar terjadi pada saat permulaan dan terakhir periode laktasi.
Kolostrum : Sekresi pertama setelah proses kelahiran. Komposisinya sangat berbeda dengan komposisi susu sapi Fries Holland. Pada kolostrum terkandung :
·      Konsentrasi zat padatnya lebih tinggi
·       Casein, protein whey (terutama globulin), garam mineral lebih tinggi (Ca, Mg, P, Cl lebih tinggi, Potasium lebih rendah)
·       Laktosa lebih rendah
·       Lemak bisa lebih tinggi bisa lebih rendah.

3. Umur Ternak
Pada umumnya sapi berumur 5 – 6 tahun sudah mempunyai produksi susu yang tinggi tetapi hasil maksimum akan dicapai pada umur 8 – 10 tahun. Umur ternak erat kaitannya dengan periode laktasi. Pada periode permulaan produksi susu tinggi tetapi pada masa-masa akhir laktasi produksi susu menurun. Selama periode laktasi kandungan protein secara umum mengalami kenaikan, sedangkan kandungan lemaknya mula-mula menurun sampai bulan ketiga laktasi kemudian naik lagi.
4. Infeksi/Peradangan pada Ambing 
Infeksi/peradangan pada ambing dikenal dengan nama mastitis. Mastitis adalah suatu peradangan pada tenunan ambing yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme, zat kimia, luka termis ataupun luka karena mekanis. Peradangan ini dapat mempengaruhi komposisi air susu antara lain dapat menyebabkan bertambahnya protein dalam darah dan sel-sel darah putih di dalam tenunan ambing serta menyebabkan penurunan produksi susu. Pengaruh penyakit mastitis terhadap komponen dan pH susu bovine dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Mastitis terhadap Komponen dan PH Susu Bovine Komponen
Susu Normal
Susu Mastitis
Lemak (%)
Laktosa (%)
Casein (mg/ml)
Whey Protein (mg/ml)
Na (mg/100 ml)
K (mg/100 ml)
Cl (mg/100 ml)
Ca (mg/100 ml)
PH
3,45
4,85
27,9
8,2
57
172,5
80 –130
136
6,65
3,2
4,4
22,5
13,1
104,6
157,3
>250
49
6,9 – 7.0

5. Nutrisi/Pakan
Jenis pakan akan dapat mempengaruhi komposisi susu. Pakan yang terlalu banyak konsentrat akan menyebabkan kadar lemak susu rendah. Jenis pakan dari rumput-rumputan akan menaikan kandungan asam oleat sedangkan pakan berupa jagung atau gandum akan menaikkan asam butiratnya. Pemberian pakan yang banyak pada seekor sapi yang kondisinya jelek pada waktu sapi itu dikeringkan dapat menaikkan hasil susu sebesar 10 – 30 %. Pemberian air adalah penting untuk produksi susu, karena susu 87 % terdiri dari air dan 50 % dari tubuh sapi terdiri dari air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari :
a. Produksi susu yang dihasilkan oleh seekor sapi
b. Suhu sekeliling
c. Pakan yang diberikan
Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1 : 36. Air yang dibutuhkan untuk tiaphari bagi seekor sapi berkisar 37 – 45 liter.

6. Lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap komposisi susu bisa dikomplikasikan oleh faktor-faktor seperti nutrisi dan tahap laktasi. Hanya bila faktor-faktor seperti ini dihilangkan menjadi memungkinkan untuk mengamati pengaruh musim dan suhu. Biasanya pada musim hujan kandungan lemak susu akan meningkat sedangkan pada musim kemarau kandungan lemak susu lebih rendah. Produksi susu yang dihasilkan pada kedua musim tersebut juga berbeda. Pada musim hujan produksi susu dapat meningkat karena tersedianya pakan yang lebih banyak dari musim kemarau.
Suhu dan kelembaban mempengaruhi produksi susu. Selain itu pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi sangat mempengaruhi timbulnya infeksi bakteri dan jamur penyebab mastitis. Suhu lingkungan yang tinggi secara jelas menurunkan produksi susu, karena sapi menurunkan konsumsi pakan, tetapi belum jelas apakah suhu mempengaruhi komposisi susu.
7. Prosedur Pemerahan Susu
Faktor yang mempengaruhi produksi susu antara lain adalah jumlah pemerahan setiap hari, lamanya pemerahan, dan waktu pemerahan. Jumlah pemerahan 3 – 4 kali setiap hari dapat meningkatkan produksi susu daripada jika hanya diperah dua kali sehari. Pemerahan pada pagi hari mendapatkan susu sedikit berbeda komposisinya daripada susu hasil pemerahan sore hari. Pemerahan menggunakan tangan ataupun menggunakan mesin tidak memperlihatkan perbedaan dalam produksi susu, kualitas ataupun komposisi susu (Apriantono, A, 1989).


BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan
            3.1.1. Alat :
·         Panci                 
·         Kompor
·         Botol
·         Kulkas
3.1.2. Bahan :
·         Susu sapi segar
3.2. Skema Kerja
A. Pengujian ketahanan susu dengan cara dipanaskan
Persiapkan bahan

Masukkan susu segar yang telah dipanaskan ke dalam 2 botol @250mL
1 botol disimpan pada suhu ruang dan
 1 botol disimpan dalam kulkas

Amati perubahan yang terjadi


Dipanaskan hingga mendidih

Masukkan 500mL susu segar ke dalam panci


 



















B. pengujian ketahanan susu dengan cara tanpa dipanaskan
         Persiapkan bahan

Amati perubahan yang terjadi

Masukkan 500mL susu segar ke dalam 2 botol @250mL,1 botol disimpan pada suhu dingin dan 1 botol disimpan pada suhu ruang

 















BAB 4. HASIL PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
Hari
Pengamatan
Dipanaskan
Tanpa Dipanaskan
suhu ruang 250ml
suhu dingin 250ml
suhu ruang 250ml
suhu dingin 250ml
Hari 1
Aroma
Asam, bau tidak sedap
aroma khas susu
Asam, bau tidak sedap
aroma khas susu tapi lebih rendah
Warna
ada tiga warna, bagian dasar bening, bagian tengah putih dan atas kekuningan
putih susu dan kekuningan sangat pekat
ada tiga warna, bagian dasar bening, bagian tengah putih dan atas kekuningan
putih susu namun kenuningan lebih sedikit
Kenampakan
adanya gumpalan pada tengah susu. Dan ada tiga lapisan yang terpisah
lebih kental dan warnanya lebih pekat
adanya gumpalan pada tengah susu. Dan ada tiga lapisan yang terpisah
lebih encer dan seperti es batu
Hari 2
Aroma
Berabu basi dan busuk
Aroma susu berkurang
Berbau basi dan tengik
Aroma susu jauh lebih berkurang
Warna
Warna di permukaan kuning pekat, ditengah putih menggumpal, didasar seperti air kekuningan
Putih kekuningan dan sangat pekat
Warna di permukaan kuning pekat, ditengah putih menggumpal, didasar seperti air kekuningan
Putih susu dan tidak nampak pekat
Kenampakan
Terdapat 3 lapisan yang menggumpal, dan tidak bersatu, lebih pekat dari sebelumnya
Strukturnya pekat dan kental ada endapan
Terdapat 3 lapisan yang menggumpal, dan tidak bersatu, lebih pekat dari sebelumnya
Strukturnya encer dan tidak pekat
Hari 3
Aroma
Bau busuk dan basi
Bau masih tidak terlalu menyegat
Bau busuk dan basi
Bau tidak sedap, basi
Warna
Warna permukaan menjadi kuning pekat
Putih kekuningan
Warna permukaan menjadi kuning pekat
Kuning Pekat
Kenampakan
terdapat 3 lapisan yang lebih pekat dan kental, disertai lendir
Terdapat endapan yang memisahkan antara warna putih kekuningan dengan bening
terdapat 3 gumpalan yang semakin pekat, dan membesar disertai lendir
Terdapat gumpalan.



BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Perubahan Warna yang Terjadi pada Susu
            Warna susu berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan, bergantung jenis hewan, pakan, dan jumlah lemak/padatan dalam susu. Dalam jumlah besar, susu tampak keruh (opaque). Dalam bentuk lapisan tipis, susu tampak sedikit transparan. Susu dengan kadar lemak rendah atau susu yang sudah dipisahkan lemaknya berwarna kebiruan.
            Warna putih susu merupakan refleksi cahaya oleh globula lemak, kalsium kaseinat, dan koloid fosfat. Karoten, adalah pigmen yang menyebabkan warna kuning susu berasal dari pakan hijauan. Ketajaman warna karoten tergantung dari jumlah pigmen dalam darah yang disekresi bersama-sama susu. Karoten yang terdapat dalam susu, secara kimia identik dengan yang terdapat pada tanaman.
            Pengamatan warna susu dapat dilakukan secara organoleptik, yaitu melalui pengamatan langsung.
5.2 Perubahan Bau yang Terjadi pada Susu
Lemak susu sangat mudah menyerap bau dari sekitarnya, seperti bau hewan asal susu perah. Susu memiliki bau yang aromatis, hal ini disebabkan adanya perombakan protein menjadi asam-asam amino. Bau susu akan lebih nyata jika susu dibiarkan beberapa jam terutama pada suhu kamar. Kandungan laktosa yang tinggi dan kandungan klorida rendah diduga menyebabkan susu berbau seperti garam. 
5.3 Perubahan Viskositas yang Terjadi pada Susu
            Semua cairan, termasuk susu, mempunyai viskositas lebih besar pada suhu rendah dibandingkan pada suhu tinggi. Viskositas susu menurun ketika dipanaskan selama proses pasteurisasi. Meskipun demikian, susu yang dipanaskan dengan tekanan viskositasnya akan meningkat. Pada umumnya kenaikan viskositas susu disebabkan karena terjadi perubahan protein susu terutama kasein yang bersifat hidrofilik seperti halnya protein yang lain.

5.4 Perubahan Endapan yang Terjadi pada Susu
            Adanya endapan dalam susu merupakan indikator penanganan yang tidak baik (sanitasi buruk). Kontaminasi endapan ini biasanya diikuti dengan kontaminasi mikroba yang akan mendekomposisi susu dan bahan asing yang terlarut dalam susu.
5.5 Adanya Pembentukan Gas yang Terjadi pada Susu
Dalam pembentukan gas selalu diikuti oleh asam. Pembentukan utama disebabkan oleh bakteri coli, clostridium sp, bacillus sp, gas H2 dan CO2 dan bakteri laktat. Dalam lemari es, clostridium dan bacillus sp tumbuh sedangkan bakteri lain tidak. Pada suhu ruangan umumnya tumbuh bakteri coli sedangkan pada suhu lebih tinggi yang tumbuh adalah pembentukan spora.

BAB 6. PENUTUP

6.1. Kesimpulan
            Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Susu sapi segar yang dipanaskan dan disimpan dalam kulkas,terlihat terjadi perubahan yang berupa warnanya putih, tidak berbau, terdapat sedikit gumpalan, terdapat buih pada bagian atas (setelah pemanasan)
2.      Susu sapi segar yang tidak dipanaskan dan disimpan dalam kulkas, putih, aroma tidak terlalu masam, terdapat sedikit gumpalan.
3.      Susu sapi segar yang dipanaskan dan disimpan pada suhu ruang,warna putih, masam, menggumpal pada bagian atas (lemaknya), dan pada bagian bawahnya berupa cairan bening.
4.      Susu sapi segar yang tidak dipanaskan dan disimpan pada suhu ruang, putih, masam, gumpalan
5.      Dari keempat jenis susu tersebut, yang mempunyai viskositas tertinggi yaitu susu sapi segar yang tidak dipanaskan dan disimpan dalam kulkas.

6.2. Saran
·         Botol yang digunakan sebagai wadah susu harus disterilkan terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdulla, S. 1988. Penentuan Kualitas Susu.Majalah Komunikasi/Informasi Profesi dan Koperasi. Peternakan Indonesia No. 37. ISSN 0216-3242. Jakarta
Apriantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sudarnawati dan D. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor
Fitriyono Ayustaningwarno.2010. Ilmu Pengolahan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar