PAPER
“KAKAO DAN
PALA”
oleh:
1.
Anita Ray (111710101001)
2.
Fikri Arsyl (111710101025)
3.
Fifi Dewi Kadita (111710101045)
4.
Rika Damayanti (111710101061)
5.
Giovani Samudra (111710101053)
1.PALA
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan :
Plantae
Devisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Magnoliales
Famili :
Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies :
M. fragrans
Buah pala (myristica Fragrans Houtt) adalah buah dengan keharuman semerbak
yang mempunyai banyak manfaat. Selain bijinya yang sering digunakan sebagai
bumbu masakan olahan daging maupun masakan bersantan dan daging buahnya yang
sedikit asam serta harum menjadikan buah pala sangat cocok dijadikan bahan
dasar pembuatan manisan atau sirup. Buah pala juga bermanfaat bagi kesehatan
diantaranya :
1. mampu mengatasi insomnia
2. batuk berlendir
3. mengurangi sakit gigi
4. mengurangi rasa sakit perut
5. relaksasi
6. mengurangi jerawat dan noda
Karakteristik Pala
Bentuk pohon pala berpenampilan
tinggi 10 - 20 m, menjulang tinggi ke atas dan kepinggir, mahkotanya meruncing,
berbentuk kerucut, lonjong dan bulat dengan percabangan relatif teratur,
dedaunannya rapat dengan letak daun berselang seling teratur. Daging buahnya
tebal dan rasanya asam. Biji berbentuk bulat sampai lonjong dengan warna coklat
mengkilap, biji ini terbungkus fuli berbentuk seperti jala dengan warna merah
gelap namun ada juga yang putih kekuning kuningan.
Pala merupakan tanaman berumah dua (dioecious) dimana bunga
jantan dan bunga betina terdapat pada pohon yang berbeda.
Komposisi Buah Pala
Buah pala mengandung zat-zat :
minyak terbang (myristin, pinen, kamfen (zat membius), dipenten, pinen safrol,
eugenol, iso-eugenol, alkohol), gliseda (asam-miristinat, asam-oleat, borneol,
giraniol), protein, lemak, pati gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap
mengandung trimyristin.
Komponen Bioaktif
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai
penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar.
Minyak atsiri diperoleh dengan
penyulingan uap pala , dan digunakan secara luas dalam parfum dan industri
farmasi. Minyak tidak berwarna atau cahaya kuning, berisi sejumlah
komponen bunga untuk industri kimia, dan digunakan sebagai penyedap rasa dalam
makanan yang dipanggang, sirup, minuman, dan permen. Minyak atsiri juga
digunakan dalam industri kosmetik dan farmasi, misalnya, dalam pasta gigi, dan
sebagai unsur utama dalam beberapa obat batuk. Dalam obat tradisional minyak
pala dan pala digunakan untuk gangguan yang berkaitan dengan sistem saraf dan
pencernaan.
Fungsi Komponen
Buah pala yang ada di Indonesia
sekarang juga sudah dikembangkan menjadi olahan manisan dan sirup. Selain
rasanya yang segar (apalagi ditambah dengan es) juga sangat bermanfaat bagi
kesehatan.
Sirup ini didapatkan dengan mengekstrak daging buah pala
tanpa bahan pewarna/ pengawet, setelah itu dicampur gula dengan komposisi
tertentu. Untuk menikmatinya cukup ditambahkan air dingin. Makan selain
mendapat kesegarannya konsumen juga mendapat manfaat bagi kesehatan tubuh
seperti pencernaan, rasa capek (pegal), relaksasi dan masih banyak manfaat lain
2.Kakao
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan :
plantae
Divisi :
Magnoliphita
Kelas :
Magnoliphita
Ordo :
Malvales
Famili :
Malvaceae (Sterculiaceae)
Genus : Theobroma
Spesies : T.
cacao
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk
olahan yang dikenal sebagai cokelat.
Morfologi Tanaman Kakao :
1.
Batang dan Cabang
Jika
dibudidayakan dikebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8–3,0 meter
dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7,0 meter. Tinggi tanaman tersebut
beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor-faktor tumbuh yang
tersedia. Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 –
1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket. Jorket adalah tempat
percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagitrop dan khas hanya pada
tanaman kakao.
2.
Daun
Percabangan
pada tanaman kakao juga dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya
panjang, yaitu 7,5 – 10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai
daunnya hanya sekitar 2,5 cm.
3.
Akar
Kakao adalah
tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar akar lateralnya
(mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah (jeluk)
0 – 30 cm.
4.
Bunga
Tanaman
kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas
ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama
semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga
(cushion).
5.
Buah dan Biji
Warna buah
kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang
mudanya berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning.
Biji dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam manis
yang mengandung zat penghambat perkecambahan.
Karakteristik
Buah Kakao
1. Karakteristik Fisik
a. Kadar air
Berpengaruh pada daya tahan biji
kakao terhadap kerusakan terutama saat penggudangan dan pengangkutan. Biji
kakao, yang mempunyai kadar air tinggi, sangat rentan terhadap serangan jamur
dan serangga dan dapat menimbulkan kerusakan cita-rasa dan aroma dasar yang
tidak dapat diperbaiki pada proses berikutnya. Standar kadar air biji kakao
mutu ekspor adalah 6 - 7 %. Jika lebih tinggi dari nilai tersebut, biji kakao
tidak aman disimpan dalam waktu lama, sedang jika kadar air terlalu rendah biji
kakao cenderung menjadi rapuh.
b. Ukuran biji
Semakin besar ukuran biji kakao,
makin tinggi randemen lemak dari dalam biji. Ukuran biji kakao dinyatakan dalam
jumlah biji (beans account) per 100 g contoh uji yang diambil secara acak pada
kadar air 6 - 7 %.
Ukuran biji rata-rata yang masuk kualitas eskpor adalah antara 1,0-1,2 gram
atau setara dengan 85 - 100 biji per 100 g. Ukuran biji kakao kering sangat
dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman, kondisi kebun (curah hujan) selama
perkembangan buah, perlakuan agronomis dan cara pengolahan.
Biji kakao terdiri atas keping biji (nib) yang dilindungi oleh kulit
(shell). Kadar kulit dihitung atas dasar perbandingan berat kulit dan berat
total biji kakao (kulit + keping) pada kadar air 6 - 7 %. Standar kadar kulit
biji kakao yang umum adalah antara 11-13 % (Pawirosoemardjo,1992).
Biji kakao dengan kadar kulit yang tinggi cenderung lebih kuat atau
tidak rapuh saat ditumpuk di dalam gudang sehingga biji tersebut dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya, jika kadar kulit terlalu rendah, maka
penjual (eksportir) biji kakao akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan
bobot. Kadar kulit biji kakao dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman dan cara
pengolahan (fermentasi dan pencucian). Makin singkat waktu fermentasi, kadar
kulit biji kakao makin tinggi karena sebagian besar sisa lendir (pulp) masih
menempel pada biji. Namun demikian, kandungan kulit biji tersebut dapat
dikurangi dengan proses pencucian.
Komposisi
Kimia Biji Kakao
Pada dasarnya buah kakao terdiri
atas 4 bagian yakni : kulit, placenta, pulp, dan biji. Buah kakao masak berisi
30-40 biji yang diselubungi oleh pulp dan
placenta. Pulp merupakan jaringan halus yang berlendir yang membungkus
biji
kakao, keadaan zat yang menyusun pulp terdiri dari 80-90% air dan 8-14%
gula
Universitas Sumatera Utara sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme
yang berperan dalam proses fermentasi (Bintoro, 1977).
Flavor
Flavor kakao terutama
terbentuk setelah biji mengalami proses fermentasi dan diikuti dengan proses
pengeringan. Dua tipe reaksi biokimia yang bertanggung jawab untuk memproduksi
prekusor flavor adalah reaksi hidrolisis saat fermentasi dan reaksi oksidasi
selama pengeringan biji kakao. Untuk menghasilkan pengembangan flavor yang
baik, kedua reaksi tersebut harus diikuti dalam urutan yang benar dan tepat
(Lopez, 1986).
Pengolahan Biji Kakao
·
Sortasi Buah
·
Pengupasan
·
Fermentasi
·
Perendaman dan
Pencucian
·
Pengeringan
·
Penyangraiaan
dan Pembuatan Bubuk Kakao
Tahap Pasca Panen
Tahapan pengolahan pasca panen kakao yaitu buah hasil panen
dibelah dan biji berselimut pulp dikeluarkan, kemudian dikumpulkan pada suatu
wadah. Jenis wadah yang digunakan dapat bervariasi, diantaranya drying
platforms (Amerika), keranjang yang dilapisi oleh daun, dan kontainer kayu.
Kontainer disimpan di atas tanah atau di atas saluran untuk menampung pulp
juices yang dihasilkan selama fermentasi (hasil degradasi pulp). Pada umumnya,
dasar kontainer memiliki lubang kecil untuk drainase dan aerasi. Kontainer
tidak diisi secara penuh, disisakan 10 cm dari atas dan permukaan atas ditutupi
dengan daun pisang yang bertujuan untuk menahan panas dan mencegah permukaan
biji dari pengeringan. Fermentasi dalam kotak dapat dilakukan selama 2 – 6
hari, isi kotak dibalik tiap hari dengan memindahkannya ke kotak lain.
Teknik Fermentasi dalam Pengolahan
Biji Kakao
Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat
diatasi dengan penerapan fermentasi pada pengolahan biji pasca panen dan
pengembangan produk hilir kakao berupa serbuk kakao.
Fermentasi merupakan suatu proses produksi suatu produk
dengan mikroba sebagai organisme pemroses. Fermentasi biji kakao merupakan
fermentasi tradisional yang melibatkan mikroorganisme indigen dan aktivitas
enzim endogen. Fermentasi biji kakao tidak memerlukan penambahan kultur starter
(biang), karena pulp kakao yang mengandung banyak glukosa, fruktosa, sukrosa
dan asam sitrat dapat mengundang pertumbuhan mikroorganisme sehingga terjadi
fermentasi. kakao Indonesia memiliki kelebihan tidak mudah meleleh sehingga
cocok untuk blending.
Fermentasi biji kakao akan menghasilkan prekursor cita rasa,
mencokelat-hitamkan warna biji, mengurangi rasa-rasa pahit, asam, manis dan
aroma bunga, meningkatkan aroma kakao (cokelat) dan kacang (nutty), dan
mengeraskan kulit biji menjadi seperti tempurung. Biji yang tidak difermentasi
tidak akan memiliki senyawa prekursor tersebut sehingga cita rasa dan mutu biji
sangat rendah. Fermentasi pada biji kakao terjadi dalam dua tahap yaitu
fermentasi anaerob dan fermentasi aerob. Keberadaan asam sitrat membuat
lingkungan pulp menjadi asam sehingga akan menginisiasi pertumbuhan ragi dan
terjadi fermentasi secara anaerob. Fermentasi aerob diinisiasi oleh bakteri
asam laktat dan bakteri asam asetat. Produk fermentasi yang dihasilkan berupa
etanol, asam laktat, dan asam asetat yang akan berdifusi ke dalam biji dan
membuat biji tidak berkecambah.
Selama fermentasi terjadi pula aktivitas enzimatik, enzim
yang terlibat adalah endoprotease, aminopeptidase, karboksipeptidase, invertase
(kotiledon dan pulp), polifenol oksidase dan glikosidase. Enzim-enzim ini
berperan dalam pembentukan prekursor cita rasa dan degradasi pigmen selama
fermentasi. Prekursor cita rasa (asam amino, peptida dan gula pereduksi)
membentuk komponen cita rasa di bawah reaksi Maillard (reaksi pencoklatan
non-enzimatis) selama penyangraian.
Untuk menghentikan proses fermentasi, biji kakao kemudian
dikeringkan. Pengeringan dilakukan sampai kadar air menjadi 7 – 8 % (setimbang
dengan udara berkelembaban 75 %). Kadar air kurang dari 6 %, biji akan rapuh
sehingga penanganan serta pengolahan lanjutnya menjadi lebih sulit. Kadar air
lebih dari 9 % memungkinkan pelapukan biji oleh jamur. Pengeringan dengan
pemanas simar surya dapat memakan waktu 14 hari, sedangkan dengan pengeringan
non surya memakan waktu 2 – 3 hari.
Setelah pengeringan, biji disortir untuk membersihkan biji
dan dilanjutkan dengan penyangraian pada suhu 210 C selama 10 – 15 menit.
Tujuan dari penyangraian adalah untuk mensterilisasi biji serta pembentukan
cita rasa dari prekursor cita rasa (hasil fermentasi) melalui reaksi Maillard.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar